Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Lengkap Mengenai Sifat-Sifat Sistem Koloid


Sifat-sifat Sistem Koloid

A. Efek Tyndall

Bagaimanakah cara mengenali sistem koloid? Salah satu cara yang sangat sederhana ialah dengan menjatuhkan seberkas cahaya (transparan), sedangkan koloid menghamburkannya. Oleh alasannya ialah itu, berkas cahaya yang melalui koloid sanggup diamati dari arah samping, walaupun partikel koloidnya sendiri tidak tampak. Jika partikel terdispersinya juga kelihatan, maka sistem itu bukan koloid melainkan suspensi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati imbas Tyndall ini, antara lain:

1. Sorot lampu kendaraan beroda empat pada malam yang berkabut.
2. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu.
3. Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.

B. Gerak Brown

Telah disebutkan bahwa partikel koloid sanggup menghamburkan cahaya. Jika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terusmenerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, spesialis biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris.

Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown alasannya ialah ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak sanggup diamati. Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown alasannya ialah energi kinetik molekul medium meningkat, sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.

Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh alasannya ialah bergerak terus-menerus, maka partikel koloid sanggup mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi.

C. Muatan Koloid

1. Elektroforesis

Elektroforesis ialah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang bermuatan kasatmata bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian, elektroforesis sanggup dipakai untuk memilih jenis muatan koloid.

2. Adsorpsi

Bagaimanakah partikel koloid mendapat muatan listrik? Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh alasannya ialah itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik.

Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan hingga ke bawah permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion kasatmata sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negative.

Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di samping gerak Brown. Oleh alasannya ialah bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari pengelompokan antarsesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian bersatu, maka lama-kelamaan sanggup terbentuk partikel yang cukup besar dan risikonya mengendap).

Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain, contohnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat norit, dan proses penjernihan air minum.

3. Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air higienis didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang kali juga zat-zat warna, zat pencemar, ibarat limbah detergen, dan pestisida. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengolahan air ialah tawas (aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif.

Tawas berkhasiat untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih gampang disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang sanggup mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar, ibarat detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka dipakai karbon aktif di samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring.

Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (sebagai disinfektan), sedangkan kapur tohor berkhasiat untuk menaikkan pH, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi alasannya ialah penggunaan tawas. Pengolahan air higienis di kota-kota besar pada prinsipnya sama dengan pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas. Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam kolam prasedimentasi.

Di sini lumpur dibiarkan mengendap alasannya ialah efek gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam kolam ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi).

Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif yang berkhasiat untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku.

Dari kolam ventury, air baku yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam kolam accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi.

Selanjutnya, air yang sudah setengah higienis dialirkan ke dalam kolam saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari kolam pasir diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup higienis ini ditampung dalam kolam lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (postklorinasi) untuk mematikan hama. Dari kolam siphon, air yang sudah memenuhi standar air higienis selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen.

D. Koloid Pelindung

Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid sanggup distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak sanggup lagi mengelompok.

Contoh:

1. Pada pembuatan es krim dipakai gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula.

2. Cat dan tinta sanggup bertahan usang alasannya ialah memakai suatu koloid pelindung.

3. Zat-zat pengemulsi, ibarat sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung

E. Dialisis

Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang sanggup mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini sanggup dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, kemudian kantong koloid itu dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air mengalir.

Kantong koloid terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang sanggup melewatkan partikelpartikel kecil, ibarat ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid.
Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.

Thanks For Visiting !