Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Lengkap Mengenai Koagulasi Koloid


Partikel-partikel koloid dalam sol mempunyai muatan yang sama sehingga antarpartikel ini terjadi tolak menolak yang menjadikan partikel sol berada pada posisi yang saling berjauhan. Namun demikian jikalau muatanya dihilangkan, koloid-koloid akan bergabung membentuk agregat dan selanjutnya mengendap. Proses pembentukan endapan ini disebut koagulasi. Proses-proses yang terkait dengan agregasi koloid antara lain yaitu flokulasi, sedimentasi, dan koagulasi.

a. Penambahan elektrolit

saat elektrolit ditambahkan pada sol, partikel-partikel koloid akan mengadsorpsi ion-ion dengan muatan berlawanan. Dalam proses ini, muatan partikel-partikel koloid dinetralkan oleh ion-ion dengan muatan berlawanan menghasilkan partikel-partikel netral berukuran lebih besar dan sanggup mengendap. Sebagai contoh, jikalau Natrium Klorida ( NaCl ) ditambahkan pada sol negatif As2S3, ion-ion Na+ akan menetralkan partikel-partikel bermuatan negatif dan selanjutnya membentuk endapan bewarna kuning.

Kapasitas koagulasi elektrolit bergantung pada muatan ion dan sifat koloid sol. Pengaruh pengendapan bertambah dengan bertambahnya muatan ( negatif atau kasatmata ) ion. jumlah minimum elektrolit yang diharapkan semoga terjadi pengendapan sebanyak satu liter larutan koloid disebut sebagai nilai flokulasi atau nilai koagulasi. Nilai ini disebut juga daya penggumpalan atau daya koagulasi. Pada tabel dibawah mengatakan daya koagulasi ion-ion terhadap koloid bergantung pada muatan dan jenis ion secara kumulatif. Data lain mengenai daya koagulasi ion-ion dikemukakan oleh Hofmeister dengan urutan daya koagulasi berikut.

Anion : SO42- > PO43- > CH3COO- > Cl- > NO3- > CNS-

Kation : Mg2+ > Ca2+ > Sr2+ > Ba2+ > Li+ > Na+ > K+ > Cs+


Fenomena koagulasi sangat penting dalam bidang medis contohnya dalam penghentian darah yang terus mengalir saat terjadi luka yang serius. Agar darah cepat membeku, maka pada darah tersebut perlu ditambahkan alum ( mengandung Al3+ ) alasannya yaitu darah sanggup terkoagulasi dengan alum.

Daya koagulasi = Al3+ > Ba2+ > Na+

Air limbah sanggup dimurnikan dengan memakai instalasi pemurnian yang memanfaatkan prinsip kerja koloid alumina sebagai koagulan. Pemurnian air dengan memakai alum ( tawas ) didasarkan pada daya koagulasi ion-ion Al3+ untuk mengkoagulasi koloid-koloid negatif yang mencemari air dan pengotor-pengotor lain ibarat partikel-partikel tanah liat dan bakteri.

B. Pencampuran Koloid-Koloid dengan Muatan Yang Berbeda

Koloid negatif akan bergabung dengan koloid kasatmata membentuk endapan koloid netral. Sebagai contoh, koagulasi koloid sanggup terjadi jikalau sol Fe(OH)3 ( koloid kasatmata ) dicampur dengan sol As2S3 ( koloid negatif ).

Prinsip ini juga dipakai dalam proses penyamakan kulit. kulit mentah ,merupakan koloid bermuatan kasatmata yang diolah dengan koloid bermuatan negatif dari larutan tanin. pengolahan ini menghasilkan koagulasi pada permukaan koloid.

C. Pemanasan

Sol liofobik juga sanggup dikoagulasi melalui pemanasan. Proses ini terjadi alasannya yaitu frekuensi tumbukan partikel-partikel makin banyak dan makin dahsyat dengan peningkatan suhu, sehingga partikel-partikel bergabung membentuk endapan. Sebagai referensi albumin telur, suatu koloid hidrofobik terkoagulasi dalam air panas atau minyak panas melalui perebusan atau penggorengan telur.

D. Elektroforesis

Dengan imbas medan listrik partikel-partikel koloid bergerak ke arah elektrode dengan muatan yang berlawanan. Jika proses ini dilakukan dalam jangka waktu yang usang maka partikel-partikel koloid akan kontak dengan elektrode dan kehilangan muatanya yang kesannya mengendap.

E. Dialisis secara Terus-menerus

Kestabilan sol koloid dikarenakan adanya sejumlah elektrolit Jika semua elektrolit telah dihilangkan secara tepat melalui dialisis secara kontinu, partikel-partikel koloid yang tertinggal akan terkoagulasi.

Thanks For Visiting !