Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Bensin Sebagai Materi Bakar Kendaraan Bermotor


A. Kualitas Bensin

Salah satu hasil pengolahan distilasi bertingkat minyak bumi ialah bensin, yang dihasilkan pada kisaran suhu 30 °C – 200 °C. Bensin yang dihasilkan dari distilasi bertingkat disebut bensin distilat eksklusif ( straight run gasoline). Bensin merupakan adonan dari isomer-isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18). Bensin biasa juga disebut dengan petrol atau gasolin. Sebenarnya fraksi bensin merupakan produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sedikit. Namun demikian lantaran bensin merupakan salah satu materi bakar yang paling banyak dipakai orang untuk materi bakar kendaraan bermotor, maka dilakukan upaya untuk mendapat bensin dalam jumlah yang besar.

Cara yang dilakukan ialah dengan proses cracking (pemutusan hidrokarbon yang rantainya panjang menjadi hidrokarbon rantai pendek). Minyak bumi dipanaskan hingga suhu 800 °C, sehingga rantai hidrokarbon yang kurang begitu diharapkan sanggup dipecah menjadi rantai pendek, sesuai rantai pada fraksi bensin.

Mutu atau kualitas bensin ditentukan oleh persentase isooktana yang terkandung di dalamnya atau yang biasa disebut sebagai bilangan oktan. Dikatakan kualitas bensin ditentukan oleh isooktana (2,2,4–trimetilpentana), hal ini terkait dengan efisiensi oksidasi yang dilakukan oleh bensin terhadap mesin kendaraan. Efisiensi energi yang tinggi diperoleh dari bensin yang mempunyai rantai karbon yang bercabang banyak. Adanya komponen bensin berantai lurus menghasilkan energi yang kurang efisien, artinya banyak energy yang terbuang sebagai panas bukan sebagai kerja mesin, dan hal ini mengakibatkan terjadinya knocking atau ketukan pada mesin. Ketukan pada mesin ini mengakibatkan mesin menjadi cepat rusak. Bensin premium mempunyai bilangan oktan 82, sedangkan bensin super mempunyai bilangan oktan 98.

Untuk meningkatkan bilangan oktan bensin, ditambahkan satu zat yang disebut TEL (tetraetil lead) atau tetraetil timbal. Penambahan TEL dalam konsentrasi hingga 0,01% ke dalam bensin sanggup menaikkan bilangan oktan, sehingga ketukan pada mesin sanggup dikurangi. Namun demikian penggunaan TEL ini memperlihatkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan manusia. Hal ini disebabkan lantaran gas buang kendaraan bermotor yang materi bakarnya mengandung TEL, menghasilkan partikel-partikel timbal. Partikel timbal yang terisap oleh insan dalam kadar yang cukup tinggi, mengakibatkan terganggunya enzim pertumbuhan. Akibatnya bagi bawah umur ialah berat tubuh yang berkurang disertai perkembangan sistem syaraf yang lambat.

Pada orang dewasa, partikel timbal ini mengakibatkan hilangnya selera makan, cepat lelah, dan rusaknya susukan pernapasan. Untuk itu kini sedang digalakkan penggunaan bensin tanpa timbal, yaitu dengan mengganti TEL dengan MTBE (metil tersier butil eter), yang mempunyai fungsi sama untuk meningkatkan bilangan oktan, tetapi tidak melepaskan timbal di udara.

B. Penggunaan Residu dalam Industri Petrokimia

Berbagai produk materi yang dihasilkan dari produk petrokimia sampaumur ini banyak ditemukan. Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk yang dihasilkan dari minyak dan gas bumi. Bahan-bahan petrokimia tersebut sanggup digolongkan ke dalam plastik, serat sintetis, karet sintetis, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, aneka macam jenis obat maupun vitamin.

1. Bahan Dasar Petrokimia

Terdapat tiga materi dasar yang dipakai dalam industri petrokimia, yaitu olefin, aromatika, dan gas sintetis (syn-gas). Untuk memperoleh produk petrokimia dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:

a. Mengubah minyak dan gas bumi menjadi materi dasar petrokimia.
b. Mengubah materi dasar menjadi produk antara.
c. Mengubah produk antara menjadi produk akhir.
a. Olefin (alkena-alkena)

Olefin merupakan materi dasar petrokimia yang paling utama. Produksi olefin di seluruh dunia mencapai milyaran kg per tahun. Di antara olefin yang paling banyak diproduksi ialah etilena (etena), propilena (propena), dan butadiena.

Beberapa produk petrokimia yang memakai materi dasar etilena adalah:

1) Polietilena, merupakan plastik yang paling banyak diproduksi, plastik ini banyak dipakai sebagai kantong plastik dan plastic pembungkus (sampul). Di samping polietilena sebagai materi dasar, plastik dari polietilena ini juga mengandung beberapa materi tambahan, yaitu materi pengisi, plasticer, dan pewarna.

2) PVC atau polivinilklorida, juga merupakan plastik yang dipakai pada pembuatan pipa pralon dan pelapis lantai.

3) Etanol, merupakan materi yang sehari-hari dikenal dengan nama alkohol. Digunakan sebagai materi bakar atau materi antara untuk pembuatan produk lain, contohnya pembuatan asam asetat.

4) Etilena glikol atau glikol, dipakai sebagai materi antibeku dalam radiator kendaraan beroda empat di tempat beriklim dingin. Beberapa produk petrokimia yang memakai materi dasar propilena adalah:

1) Polipropilena, dipakai sebagai karung plastik dan tali plastik. Bahan ini lebih berpengaruh dari polietilena.

2) Gliserol, dipakai sebagai materi kosmetika (pelembab), industry makanan, dan materi untuk menciptakan peledak (nitrogliserin).

3) Isopropil alkohol, dipakai sebagai bahan-bahan produk petrokimia yang lain, contohnya menciptakan aseton.

Beberapa produk petrokimia yang memakai materi dasar butadiena adalah:

1) Karet sintetis
2) Nilon

b. Aromatika

Pada industri petrokimia, materi aromatika yang terpenting ialah benzena, toluena, dan xilena. Beberapa produk petrokimia yang memakai materi dasar benzena adalah:

1) Stirena, dipakai untuk menciptakan karet sintetis.
2) Kumena, dipakai untuk menciptakan fenol.
3) Sikloheksana, dipakai untuk menciptakan nilon.

Beberapa produk petrokimia yang memakai materi dasar toluena dan xilena adalah:

1) Bahan peledak, yaitu trinitrotoluena (TNT)
2) Asam tereftalat, merupakan materi dasar pembuatan serat.

c. Syn-Gas (Gas Sintetis)

Gas sintetis ini merupakan adonan dari karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2). Beberapa produk petrokimia yang memakai materi dasar gas sintetis adalah:

1) Amonia (NH3), yang dibentuk dari gas nitrogen dan gas hidrogen. Pada industri petrokimia, gas nitrogen diperoleh dari udara sedangkan gas hidrogen diperoleh dari gas sintetis.

2) Urea (CO(NH2)2), dibentuk dari amonia dan gas karbon dioksida. Selain sebagai pupuk, urea juga dipakai pada industri perekat, plastik, dan resin.

3) Metanol (CH3OH), dibentuk dari gas sintetis melalui pemanasan pada suhu dan tekanan tinggi dengan proteksi katalis. Sebagian methanol dipakai dalam pembuatan formaldehida, dan sebagian lagi dipakai untuk menciptakan serat dan adonan materi bakar.

4) Formaldehida (HCHO), dibentuk dari metanol melalui oksidasi dengan proteksi katalis. Formaldehida yang dilarutkan dalam air dikenal dengan nama formalin, yang berfungsi sebagai pengawet specimen biologi. Sementara penggunaan lainnya ialah untuk menciptakan resin urea-formaldehida dan lem.