Miris Banget ! Ini Efek Pembakaran Materi Bakar Bagi Lingkungan Hidup Kita
Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan
Pernahkah Anda pergi berwisata ke tempat pegunungan? Dapatkah Anda mencicipi kesejukan alamnya? Samakah dengan yang Anda rasakan sewaktu berada di tempat perkotaan, terutama di jalan raya? Dapatkah di jalan raya Anda menghirup udara dengan nyaman dan terasa segar? Di jalan raya sering kita mencicipi udara yang panas ditambah lagi dengan asap kendaraan bermotor yang terpaksa harus kita hisap. Tahukah Anda bahwa asap kendaraan yang kita hisap itu sangat berbahaya bagi kesehatan kita? Tahukah Anda bahwa udara panas di tempat perkotaan itu juga disebabkan lantaran pembakaran materi bakar kendaraan bermotor, di samping asap dari pabrik? Berikut ini akan kita bahas bersama wacana gas-gas hasil pembakaran minyak bumi yang sangat membahayakan kesehatan manusia.
1. Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida yakni gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak merangsang. Hal ini mengakibatkan keberadaannya sulit dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan lantaran pada kadar rendah sanggup menjadikan sesak napas dan pucat. Pada kadar yang lebih tinggi sanggup mengakibatkan pingsan dan pada kadar lebih dari 1.000 ppm sanggup menjadikan kematian. Gas CO ini berbahaya lantaran sanggup membentuk senyawa dengan hemoglobin membentuk HbCO, dan ini merupakan racun bagi darah. Oleh lantaran yang diedarkan ke seluruh badan termasuk ke otak bukannya HbO, tetapi justru HbCO.
Keberadaan HbCO ini disebabkan lantaran persenyawaan HbCO memang lebih berpengaruh ikatannya dibandingkan dengan HbO. Hal ini disebabkan lantaran afinitas HbCO lebih berpengaruh 250 kali dibandingkan dengan HbO. Akibatnya Hb sulit melepas CO, sehingga badan bahkan otak akan mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang akan mengakibatkan terjadinya sesak napas, pingsan, atau bahkan kematian. Sumber keberadaan gas CO ini yakni pembakaran yang tidak tepat dari materi bakar minyak bumi.
Salah satunya yakni pembakaran bensin, di mana pada pembakaran yang terjadi di mesin motor, sanggup menghasilkan pembakaran tidak tepat dengan reaksi sebagai berikut.
2 C8H18(g) + 17 O2(g) → 16 CO(g) + 18 H2O (g)
Sumber lain yang mengakibatkan terjadinya gas CO, selain pembakaran tidak tepat bensin yakni pembakaran tidak tepat yang terjadi pada proses industri, pembakaran sampah, pembakaran hutan, kapal terbang, dan lain-lain. Namun demikian, penyebab utama banyaknya gas CO di udara yakni pembakaran tidak tepat dari bensin, yang mencapai 59%.
Sekarang ini para andal mencoba membuatkan alat yang berfungsi untuk mengurangi banyaknya gas CO, dengan merancang alat yang disebut catalytic converter, yang berfungsi mengubah gas pencemar udara menyerupai CO dan NO menjadi gas-gas yang tidak berbahaya, dengan reaksi:
2 CO(g) + O2(g) →2 CO2(g)
2 NO2(g) →N2(g) + 2 O2(g)
2. Karbon Dioksida (CO2)
Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO2 merupakan hasil pembakaran tepat materi bakar minyak bumi maupun kerikil bara. Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 diudara kita.
Keberadaan CO2 yang berlebihan di udara memang tidak berakibat pribadi pada manusia, sebagaimana gas CO. Akan tetapi berlebihnya kandungan CO2 mengakibatkan sinar inframerah dari matahari diserap oleh bumi dan benda-benda di sekitarnya. Kelebihan sinar inframerah ini tidak sanggup kembali ke atmosfer lantaran terhalang oleh lapisan CO2 yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi semakin panas. Hal ini mengakibatkan suhu di bumi, baik siang maupun malam hari tidak mengatakan perbedaan yang berarti atau bahkan sanggup dikatakan sama. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di udara ini dikenal sebagai imbas rumah beling atau green house effect.
Untuk mengurangi jumlah CO2 di udara maka perlu dilakukan upaya-upaya, yaitu dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan hutan dengan baik.
3. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)
Gas welirang dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak berwarna, tetapi berbau sangat menyengat dan sanggup menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah. Gas ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran welirang yang terlarut dalam materi bakar miyak bumi serta dari pembakaran welirang yang terkandung dalam bijih logam yang diproses pada industry pertambangan. Penyebab terbesar berlebihnya kadar oksida welirang di udara yakni pada pembakaran kerikil bara. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida welirang memang tidak secara pribadi dirasakan oleh manusia, akan tetapi mengakibatkan terjadinya hujan asam. Proses terjadinya hujan asam sanggup dijelaskan dengan reaksi berikut.
a. Pembentukan asam sulfit di udara berair
SO2(g) + H2O(l) →H2SO3(aq)
b. Gas SO2 sanggup bereaksi dengan oksigen di udara
2 SO2(g) + O2(g) →2 SO3(g)
c. Gas SO3 gampang larut dalam air, di udara berair membentuk asam sulfatyang lebih berbahaya
daripada SO2 dan H2SO3
2 SO3(g) + H2O(l) →H2SO4(aq)
Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini mempunyai pH < 5, sehingga mengakibatkan sangat korosif terhadap logam dan berbahaya bagi kesehatan. Di samping mengakibatkan hujan asam, oksida welirang baik SO2 maupun SO3 yang terserap ke dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru
juga akan membentuk asam sulfit dan asam sulfat yang sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan, khususnya paru-paru.
4. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)
Gas nitrogen monoksida mempunyai sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi tinggi juga sanggup menjadikan keracunan. Di samping itu, gas oksida nitrogen juga sanggup menjadi penyebab hujan asam.
Keberadaan gas nitrogen monoksida di udara disebabkan lantaran gas nitrogen ikut terbakar bersama dengan oksigen, yang terjadi pada suhu tinggi. Reaksinya adalah:
N2(g) + O2(g) → 2 NO(g)
Pada ketika kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk gas NO2 dengan reaksi sebagai berikut.
2 NO(g) + O2(g) → 2 NO2(g)
Gas NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau menyerupai asam nitrat yang sangat menyengat dan merangsang. Keberadaan gas NO2 lebih dari 1 ppm sanggup mengakibatkan terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NO2 dalam kadar 20 ppm akan sanggup mengakibatkan kematian. Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor, pecahan pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai konverter.
Prinsip kerjanya yakni mengubah gas buang yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut sanggup dilihat pada reaksi berikut.
2 NO2(g) → N2(g) + 2 O2(g)