Mau Tidak Mau Duduk Kasus Niscaya Ada
Ini kisah masa lalu, tahun 2012 saya lulus Sekolah Menengan Atas dan sesudah banyak konflik (lebay) risikonya saya mendaftar di sekolah tinggi tinggi negeri terdekat rumahku. Ya benar IAIN Jurai Siwo Metro (dulu waktu daftar namanya masih STAIN Metro). Aku masuk jurusan pendidikan (tarbiyah) dan Bahasa Inggris.
Well, untuk seorang yang suka utak-atik komputer, masuk ke jurusan pendidikan bukanlah sesuatu yang dapat dibilang bahagia, apalagi Bahasa Inggris udah kaya main bola lawan Ronaldo dan Mesi. Pola pedoman anak yang suka komputer dan kini risikonya disuruh mendalami bahasa sangat beda.
Kuliah pagi-pagi, belum sarapan dan dikala itu saya selalu bantu bapak buat nderes karet dulu. Mau mati rasanya, capek dari nderes belum hilang sudah harus ke kampus. Sampai di kampus harus ngadepin goresan pena Bahasa Inggris. Pikiran rasanya semrawut ketika harus membaca teks Bahasa Inggris, perut rasanya mau mual sebab harus sarapan vocabulary berlauk grammar.
Singkat kisah sudah 3 bulan lebih saya mengadu nasib di Bahasa London ini. Saat itu saya sedang menghadapi ulangan semester ganjil (iya, ulangan pertama dikala kuliah), bagaimana saya mengerjakannya? Tebak saja bagi orang yang tidak suka Bahasa Inggris kemudian menerjakan tes Bahasa Inggris bagaimana?
Akhirnya hari terakhir ulangan semeter ganjil datang dan alhamdulillah saya berhasil melewati hari-hari sulit itu. Setelah keluar kelas ulangan terakhir saya menuju warnet, ya untuk menyegarkan pikiran saya main game online, dikala itu masih ingat betul saya main Point Blank.
Setelah hampir 2 jam saya main game risikonya saya bosan dan saya exit lah game itu. Sambil menunggu billing internetku habis saya maen2 ke website. Dan saya menemukan sesuatu yang mengubah pandanganku dalam hidup, saya menemukan sebuah cerita, saya lupa kisah apa tapi yang tak dapat kulupa ada satu kalimat di dalam kisah itu isinya
“Aku sadar jikalau perang bukanlah hal yang cocok untukku, tapi memegang pedang dalam berperang yaitu hal yang paling cocok buatku"
Habis itu saya eksklusif pulang (bayar dulu warnetnya deng). Saya tahu Bahasa Inggris bukan yang cocok untukku, tapi di Kampusku cuma itu yang paling cocok denganku.
Well, begini gaes yang ingin saya share ketemen2,
Hidup itu niscaya ada masalah, dan saya yakin tidak ada satupun orang yang cocok hidup dalam masalah, tapi di dalam duduk masalah itu akan ada jalan yang cocok untuk kita semoga kita dapat hidup dan menuntaskan duduk masalah tersebut