Kelainan Bipolar : Definisi, Gejala, Klasifikasi, Penyebab, Dan Pengobatannya
Misalkan suatu hari Anda terbangun dengan perasaan gila ibarat diberi energi dan dipompa untuk melaksanakan hal apapun. Dunia ibarat ada di kaki Anda. Anda bisa melaksanakan apapun yang Anda pikirkan dan mustahil salah. Benar-benar merasa Anda sangat penuh energi sehingga Anda memutuskan tidak perlu tidur.
Hari – hari berlalu, mungkin bahkan berminggu-minggu telah lewat - tidak ada yang menurunkan Anda dan tidak ada yang memperlambatnya. Tapi kemudian, tanpa peringatan, perasaan ibarat tadi mulai berkurang. Tanpa alasan sama sekali, Anda mulai merasa bosan, depresi atau bahkan ingin mengakhiri hidup ini. Hidup ibarat tanpa sukacita dan tidak ada artinya. Selama berminggu-minggu Anda merasa sangat tidak berdaya. Dan kemudian, suatu hari Anda bangkit lagi, siap untuk melaksanakan apa saja lagi.
Siklus ini merupakan karakteristik orang yang menderita gangguan bipolar. Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), gangguan bipolar, yang juga dikenal sebagai gangguan maniac-depressive disorder, menghipnotis sekitar 5,7 juta orang arif balig cukup akal di A.S. (2,6 persen dari 18 dan populasi lanjut) [sumber: NIMH]. Kelainan ini menimbulkan siklus hidup penuh semangat dan depresi mahir yang bergantian yang jauh melampaui perubahan mood normalnya manusia. Anak-anak dan remaja juga bisa mengalami kelainan ini, meski perubahan suasana hati mereka biasanya terjadi jauh lebih cepat.
Orang yang mengalami gangguan bipolar menghadapi beberapa rintangan akhir penyakit tersebut. Selain stres, hal itu sanggup terjadi pada keluarga dan hubungan interpersonal, juga pasien bipolar terjadi pada sedikitnya 40 persen yang tidak mempunyai pekerjaan [sumber: Cox]. Seseorang dengan gangguan bipolar juga 10 kali lebih mungkin dibandingkan dengan populasi umum dalam hal menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang, yang sangat disayangkan lantaran alkohol dan obat-obatan berpotensi memicu berulangnya gangguan [sumber: UPMC]. Mungkin yang paling mengerikan ialah bahwa sekitar 15 persen pasien bipolar berhasil melaksanakan mengakhiri hidup, dari 25 persen hingga 50 persen yang pernah mencobanya [sumber: psikiater].
Apa yang ilmuwan ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui perihal gangguan ini? Teruslah membaca untuk mengetahui tanda dan tanda-tanda periode manic dan depressive.
Bipolar Symptoms
Suasana hati mengubah pengalaman pasien bipolar lebih intens daripada perubahan mood alami orang sehat. Kelainan ini biasanya muncul antara usia 15 dan 25 tahun pada laki-laki dan perempuan dan ditandai dengan periode periode dan periode depresi [sumber: Healthline].
National Institute of Mental Health (NIMH) menjabarkan gejala-gejala yang umum terjadi pada periode periode. Ini termasuk:
Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM), bagi beberapa orang, tanda-tanda euforia membuatnya menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menyenangkan. Bagi orang lain, mania menciptakan mereka sangat gampang tersinggung dan gampang marah. Jenis mania yang tidak parah disebut hypomania, yang mungkin termasuk bentuk yang kurang intens dari tanda-tanda di atas.
Hypomania tidak mengganggu kehidupan dan hubungan sehari-hari sebanyak periode periode biasa [sumber: MedicineNet]. Jika tidak diobati, hypomania bisa bermetamorfosis mania.
Berikut ini ialah daftar gejala periode depresi berdasarkan NIMH:
Ada kemungkinan bagi pasien bipolar benar-benar mengalami tanda-tanda periode dan depresi pada dikala bersamaan. Bila ini terjadi setidaknya seminggu, ini disebut sebagai periode adonan [sumber: DBSA]. Selama dikala periode atau depressive yang lebih parah, pasien bipolar sanggup mengalami tanda-tanda psikotik. Ini bisa termasuk ilusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (sensasi salah) [sumber: NIMH]. Karena tanda-tanda ini biasanya bekerjasama dengan skizofrenia, dokter sanggup dengan gampang salah mendiagnosa pasien bipolar ini.
Klasifikasi gangguan bipolar meliputi:
Bipolar I Disorder:
Ini ialah bentuk gangguan yang paling parah. Ini meliputi setidaknya satu periode periode atau adonan dan setidaknya satu periode depresi [sumber: DBSA].
Bipolar II Disorder:
Pasien mempunyai setidaknya satu periode depresi dan setidaknya satu periode hipoperiode. Dengan jenis ini, pasien juga bisa mengalami suasana hati normal.
Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (NOS):
Klasifikasi ini dipakai untuk perkara dimana pasien bipolar mengalami teladan yang tidak termasuk dalam kategori I atau II.
Cyclothymia:
Ini ialah bentuk gangguan yang paling parah. Ini meliputi dua tahun periode hipomania dan depresi ringan.
Sekarang kita sanggup lebih gampang mengenali gangguan dan apa yang dialami oleh pasien bipolar, mari kita lihat apa yang orang anggap sanggup menimbulkan penyakit misterius ini.
Penyebab Gangguan Bipolar
Periset tidak tahu persis apa yang menimbulkan gangguan bipolar. Kemungkinan besar, tidak ada faktor tunggal melainkan beberapa faktor yang menimbulkan gangguan bipolar berkembang. Genetika memang memainkan tugas dan meningkatkan kemungkinan seseorang akan mengalami gangguan tersebut. Tapi Anda tidak bisa selalu memilih siapa yang akan mendapatkannya berdasarkan genetika. Misalnya, meski kelainan ini terjadi pada keluarga, satu kembar bisa mengalami gangguan sementara kembar lainnya tidak pernah melakukannya. Statistik memperlihatkan bahwa bawah umur pasien bipolar mempunyai risiko lebih tinggi daripada populasi umum yang mengembangkannya. Upaya untuk menemukan gen spesifik yang menimbulkan gangguan tersebut gagal, namun penelitian sedang berlangsung [sumber: NIMH].
Faktor lingkungan sebetulnya bisa berkontribusi pada perkembangan gangguan pada seseorang yang secara genetik cenderung. Misalnya, periode stres dan insiden mengubah besar kehidupan - baik dan jelek - sanggup memicu gangguan ini. Faktor lingkungan lainnya berpotensi menimbulkan periode manic dan depressive spesifik pada pasien bipolar. Ini termasuk penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, perubahan musiman dan bahkan antidepresan [sumber: Helpguide.org].
Bahan kimia di otak juga bisa menjadi predisposisi orang terhadap gangguan bipolar [sumber: CCI]. Periset menduga bahwa kadar neurotransmiter dopamin, serotonin, norepinephrine, dan GABA (gamma aminobutyric acid) mungkin terlibat dalam gangguan tersebut. Karena kokain dan amfetamin, yang melepaskan dopamin, bisa menghasut maniak, ada kemungkinan tingkat dopamin yang tinggi bisa menimbulkan periode periode [sumber: Davies]. Teori ini didukung oleh bukti bahwa tanda-tanda manic dan psikotik berkorelasi dengan peningkatan kadar dopamin [sumber: Frank]. Selain itu, para periset telah menemukan kegiatan serotonin rendah selama periode maniak dan depressive [sumber: Frank]. Juga, hypomania sering berkorelasi dengan peningkatan kadar norepinephrine. Dibandingkan dengan pasien yang sehat, pasien bipolar mempunyai kadar enzim yang lebih rendah yang dipakai dalam transfer GABA di otak. Diperkirakan ini berperan dalam menimbulkan gangguan ini lantaran obat antikonvulsan, yang efektif dalam memerangi gangguan bipolar, meningkatkan kadar GABA [sumber: Frank].
Semakin banyak ilmuwan mengetahui perihal penyebab kondisi tersebut, semakin banyak kemajuan yang sanggup mereka lakukan untuk menemukan perawatan yang efektif. Beruntung, banyak pasien bipolar menerima manfaat dari pengobatan yang ada. Selanjutnya, kita akan melihat obat yang paling umum dipakai untuk mengobati gangguan bipolar.
Obat untuk Bipolar Disorder
Karena penyebab bipolar sebagian besar tidak diketahui, pencarian untuk perawatan yang efektif sulit dilakukan. Meskipun beberapa obat tertentu, ibarat lithium, terbukti bermanfaat bagi banyak pasien bipolar, ilmuwan tidak tahu mengapa. Dokter telah menemukan bahwa gangguan bipolar ialah penyakit jangka panjang yang memerlukan perawatan jangka panjang yang konsisten. Ini biasanya termasuk minum obat yang diresepkan bahkan selama periode suasana hati yang sehat.
Karena pasien merespons secara berbeda terhadap banyak sekali obat yang dipakai untuk mengatasi gangguan tersebut, menyesuaikan takaran atau jenis obat sering dibutuhkan untuk menemukan pengobatan terbaik bagi individu.
Lithium:
Pada 1970-an, Food & Drug Administration (FDA) menyetujui lithium untuk mengobati gangguan bipolar, dan ini masih merupakan salah satu pengobatan pertama untuk kondisi ini. Lithium ialah stabilizer mood, efektif melawan periode depresi dan manic. Setelah memulai lithium, pasien harus mengunjungi dokter untuk investigasi darah yang sering dilakukan untuk memantau kadar lithium. Setelah menemukan takaran yang sehat, pasien tidak perlu melaksanakan tes darah sesering mungkin.
Antikonvulsan:
Seperti lithium, antikonvulsan juga stabilisator suasana hati. Antikonvulsan bekerja dengan menstabilkan penggalan otak yang terlalu aktif. Mereka juga biasanya dipakai untuk mencegah kejang pada pasien epilepsi. Antikonvulsan yang berbeda bekerja dengan cara yang berbeda. Beberapa bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmiter GABA [sumber: Frank]. Digunakan sendiri atau dengan lithium, antikonvulsan bisa efektif untuk banyak pasien bipolar.
Antipsikotik Atipikal:
Bagi orang yang tidak merespons lithium dan antikonvulsan, dokter mungkin meresepkan antipsikotik atipikal, ibarat clozapine. Obat jenis ini, yang juga dipakai untuk mengobati skizofrenia, bekerja dengan menghipnotis kadar neurotransmiter tertentu di otak, ibarat dopamin.
Benzodiazepin (Anti-Anxiety Narkoba):
Jika pasien bipolar mengalami problem tidur, benzodiazepin sanggup membantu meningkatkan rutinitas tidur yang sehat. Ini harus dipakai dengan hati-hati, bagaimanapun, dan biasanya hanya dalam waktu singkat lantaran kemungkinan kecanduan [sumber: NIMH].
Antidepresan:
Karena sanggup memicu periode manic, antidepresan tidak diresepkan untuk mengobati gangguan bipolar ibarat biasanya [sumber: MayoClinic]. Bergantung pada jenisnya, antidepresan bekerja dengan menyesuaikan kadar serotonin atau norepinephrine di otak. Untuk mempelajari lebih lanjut perihal mereka, baca Bagaimana Antidepresan Bekerja.
Selain potensi imbas samping yang normal, berbahaya bagi ibu hamil atau menyusui untuk memakai obat penstabil mood tertentu. Lithium mustahil membahayakan janin di rahim, namun antikonvulsan tertentu sanggup menimbulkan cacat lahir [sumber: NAMI]. Mengubah obat terlalu banyak selama kehamilan sanggup menimbulkan imbas negatif juga [sumber: NAMI]. Karena kehamilan tak terduga bisa menciptakan pilihan menjadi sulit, sebaiknya diskusikan pilihannya dengan dokter.
Pengobatan bukan satu-satunya pilihan untuk melawan gangguan bipolar. Institut Kesehatan Mental Nasional beropini bahwa pengobatan terbaik meliputi kedua obat ibarat yang tercantum di atas dan pengobatan psikososial [sumber: NIMH]. Pada penggalan selanjutnya, kita akan mengeksplorasi jenis perawatan ini dan lainnya.
Para Tokoh Kreatif Yang Memikiki Bipolar Disorder
Jika Anda menderita gangguan bipolar, Anda tidak hanya sendirian saja. Banyak yang percaya ada hubungan antara kelainan dan kreativitas. Berikut ialah daftar beberapa orang kreatif terkemuka yang mempunyai (atau mungkin memiliki) gangguan bipolar:
Perawatan Lain untuk Bipolar Disorder
Berbagai terapi telah terbukti bermanfaat bagi pasien bipolar sebagai perhiasan pengobatan. Mencoba mengambil penggalan dalam salah satu dari terapi berikut ini sanggup mengurangi tingkat keparahan dan memberi pasien lebih banyak kendali atas gejala, yaitu:
Terapi Perilaku Kognitif:
Digunakan untuk banyak sekali kelainan, terapi ini bertujuan untuk mengubah persepsi dan kebiasaan pasien. Dengan mengubah bagaimana pasien bipolar memikirkan penyakit dan mendorong sikap positif, terapi sikap kognitif sanggup menciptakan perbaikan yang efektif. Terapi ini juga biasanya melibatkan berguru lebih banyak perihal gangguan bipolar, yang membantu pasien menjadi lebih percaya diri dan mempunyai pengetahuan perihal bagaimana mengobatinya.
Terapi Keluarga:
Keluarga pasien berpartisipasi dalam terapi ini dengan pasien. Dengan mengidentifikasi sumber stres dan konflik, keluarga sanggup berguru untuk lebih mengatasinya dan dengan demikian memberi pasien lingkungan yang lebih baik dan lebih memberi semangat.
Terapi Kelompok:
Terapi ini memperlihatkan kesempatan bagi beberapa orang dengan gangguan bipolar untuk berkumpul dalam kelompok yang dipimpin oleh seorang psikolog. Dalam sesi kelompok, para anggota mendiskusikan pengalaman mereka dengan penyakit tersebut dan saling memberi umpan balik satu sama lain.
Terapi Saraf Interpersonal dan Sosial:
Sesuai dengan namanya, tujuan dari terapi ini ialah untuk memperbaiki hubungan dan mendorong kebiasaan rutinitas rutin (seperti acara tidur). Kedua faktor ini mempunyai dampak besar pada suasana hati. Studi memperlihatkan bahwa terapi ini membantu mencegah kambuh gangguan bipolar yang mungkin disebabkan oleh hubungan yang tidak sehat dan kebiasaan tidak teratur [sumber: Kupfer].
Terapi Electroconvulsive (ECT):
Meskipun masih mengandung stigma, ECT ialah pengobatan yang efektif dan jauh lebih kondusif daripada sebelumnya. Dengan memakai ECT, dokter menginduksi kejang pada pasien, yang bertahan hingga satu menit [sumber: MayoClinic]. Setelah diulang pengobatan, ECT efektif melawan banyak gangguan jiwa. Ini bekerja dengan mengubah sikap zat kimia di otak. Namun, ilmuwan tidak tahu bagaimana atau mengapa ia bekerja.
Selain terapi ini, ada baiknya Anda menghindari narkoba dan alkohol, lantaran berpotensi memicunya. Seperti yang telah kita lihat, hanya berguru lebih banyak perihal kelainan itu bisa memberi kenyamanan dan harapan. Pasien bipolar harus menyadari bahwa mereka tidak sendiri dan itu ialah kondisi yang sanggup diobati. Berbagai jenis penelitian dan kemajuan teknologi yang memungkinkan penelitian yang lebih sempurna terhadap otak memperlihatkan tanda-tanda yang menjanjikan bahwa kelainan ini akan terus menjadi lebih gampang ditangani.
Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silakan baca-baca artikel lainnya.
Referensi :
$^{2}$Bloch, Jon P. "The Everything Health guide to Adult Bipolar Disorder." Adams Media. 2006.
Hari – hari berlalu, mungkin bahkan berminggu-minggu telah lewat - tidak ada yang menurunkan Anda dan tidak ada yang memperlambatnya. Tapi kemudian, tanpa peringatan, perasaan ibarat tadi mulai berkurang. Tanpa alasan sama sekali, Anda mulai merasa bosan, depresi atau bahkan ingin mengakhiri hidup ini. Hidup ibarat tanpa sukacita dan tidak ada artinya. Selama berminggu-minggu Anda merasa sangat tidak berdaya. Dan kemudian, suatu hari Anda bangkit lagi, siap untuk melaksanakan apa saja lagi.
Siklus ini merupakan karakteristik orang yang menderita gangguan bipolar. Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), gangguan bipolar, yang juga dikenal sebagai gangguan maniac-depressive disorder, menghipnotis sekitar 5,7 juta orang arif balig cukup akal di A.S. (2,6 persen dari 18 dan populasi lanjut) [sumber: NIMH]. Kelainan ini menimbulkan siklus hidup penuh semangat dan depresi mahir yang bergantian yang jauh melampaui perubahan mood normalnya manusia. Anak-anak dan remaja juga bisa mengalami kelainan ini, meski perubahan suasana hati mereka biasanya terjadi jauh lebih cepat.
Orang yang mengalami gangguan bipolar menghadapi beberapa rintangan akhir penyakit tersebut. Selain stres, hal itu sanggup terjadi pada keluarga dan hubungan interpersonal, juga pasien bipolar terjadi pada sedikitnya 40 persen yang tidak mempunyai pekerjaan [sumber: Cox]. Seseorang dengan gangguan bipolar juga 10 kali lebih mungkin dibandingkan dengan populasi umum dalam hal menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang, yang sangat disayangkan lantaran alkohol dan obat-obatan berpotensi memicu berulangnya gangguan [sumber: UPMC]. Mungkin yang paling mengerikan ialah bahwa sekitar 15 persen pasien bipolar berhasil melaksanakan mengakhiri hidup, dari 25 persen hingga 50 persen yang pernah mencobanya [sumber: psikiater].
Apa yang ilmuwan ketahui dan apa yang tidak mereka ketahui perihal gangguan ini? Teruslah membaca untuk mengetahui tanda dan tanda-tanda periode manic dan depressive.
Bipolar Symptoms
Suasana hati mengubah pengalaman pasien bipolar lebih intens daripada perubahan mood alami orang sehat. Kelainan ini biasanya muncul antara usia 15 dan 25 tahun pada laki-laki dan perempuan dan ditandai dengan periode periode dan periode depresi [sumber: Healthline].
National Institute of Mental Health (NIMH) menjabarkan gejala-gejala yang umum terjadi pada periode periode. Ini termasuk:
- Merasa "tinggi" dan suasana hati yang luar biasa baik
- Energi yang berlebihan
- Sifat lekas marah
- Merasa gelisah
- Berbicara lebih cepat dari biasanya
- Gagasan dan gagasan yang tidak biasa
- Mengambil keputusan berrisiko (seperti investasi berisiko)
- Mudah terganggu
- Membutuhkan sedikit tidur
- Gagasan yang meningkat perihal kemampuan atau kepentingan seseorang
- Meningkatnya nafsu seksual
Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM), bagi beberapa orang, tanda-tanda euforia membuatnya menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menyenangkan. Bagi orang lain, mania menciptakan mereka sangat gampang tersinggung dan gampang marah. Jenis mania yang tidak parah disebut hypomania, yang mungkin termasuk bentuk yang kurang intens dari tanda-tanda di atas.
Hypomania tidak mengganggu kehidupan dan hubungan sehari-hari sebanyak periode periode biasa [sumber: MedicineNet]. Jika tidak diobati, hypomania bisa bermetamorfosis mania.
Berikut ini ialah daftar gejala periode depresi berdasarkan NIMH:
- Suasana depresi atau cemas
- Putus asa
- Menurunnya minat pada kegiatan yang menyenangkan
- Keletihan, kelesuan
- Ketidakmampuan untuk fokus
- Ketidaktegasan
- Kegelisahan
- Sifat lekas marah
- Perubahan teladan tidur
- Perubahan nafsu makan atau berat badan
- Sakit misterius
- Pikiran mengakhiri hidup
Ada kemungkinan bagi pasien bipolar benar-benar mengalami tanda-tanda periode dan depresi pada dikala bersamaan. Bila ini terjadi setidaknya seminggu, ini disebut sebagai periode adonan [sumber: DBSA]. Selama dikala periode atau depressive yang lebih parah, pasien bipolar sanggup mengalami tanda-tanda psikotik. Ini bisa termasuk ilusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (sensasi salah) [sumber: NIMH]. Karena tanda-tanda ini biasanya bekerjasama dengan skizofrenia, dokter sanggup dengan gampang salah mendiagnosa pasien bipolar ini.
Klasifikasi gangguan bipolar meliputi:
Bipolar I Disorder:
Ini ialah bentuk gangguan yang paling parah. Ini meliputi setidaknya satu periode periode atau adonan dan setidaknya satu periode depresi [sumber: DBSA].
Bipolar II Disorder:
Pasien mempunyai setidaknya satu periode depresi dan setidaknya satu periode hipoperiode. Dengan jenis ini, pasien juga bisa mengalami suasana hati normal.
Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (NOS):
Klasifikasi ini dipakai untuk perkara dimana pasien bipolar mengalami teladan yang tidak termasuk dalam kategori I atau II.
Cyclothymia:
Ini ialah bentuk gangguan yang paling parah. Ini meliputi dua tahun periode hipomania dan depresi ringan.
Sekarang kita sanggup lebih gampang mengenali gangguan dan apa yang dialami oleh pasien bipolar, mari kita lihat apa yang orang anggap sanggup menimbulkan penyakit misterius ini.
Penyebab Gangguan Bipolar
Periset tidak tahu persis apa yang menimbulkan gangguan bipolar. Kemungkinan besar, tidak ada faktor tunggal melainkan beberapa faktor yang menimbulkan gangguan bipolar berkembang. Genetika memang memainkan tugas dan meningkatkan kemungkinan seseorang akan mengalami gangguan tersebut. Tapi Anda tidak bisa selalu memilih siapa yang akan mendapatkannya berdasarkan genetika. Misalnya, meski kelainan ini terjadi pada keluarga, satu kembar bisa mengalami gangguan sementara kembar lainnya tidak pernah melakukannya. Statistik memperlihatkan bahwa bawah umur pasien bipolar mempunyai risiko lebih tinggi daripada populasi umum yang mengembangkannya. Upaya untuk menemukan gen spesifik yang menimbulkan gangguan tersebut gagal, namun penelitian sedang berlangsung [sumber: NIMH].
Faktor lingkungan sebetulnya bisa berkontribusi pada perkembangan gangguan pada seseorang yang secara genetik cenderung. Misalnya, periode stres dan insiden mengubah besar kehidupan - baik dan jelek - sanggup memicu gangguan ini. Faktor lingkungan lainnya berpotensi menimbulkan periode manic dan depressive spesifik pada pasien bipolar. Ini termasuk penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, perubahan musiman dan bahkan antidepresan [sumber: Helpguide.org].
Bahan kimia di otak juga bisa menjadi predisposisi orang terhadap gangguan bipolar [sumber: CCI]. Periset menduga bahwa kadar neurotransmiter dopamin, serotonin, norepinephrine, dan GABA (gamma aminobutyric acid) mungkin terlibat dalam gangguan tersebut. Karena kokain dan amfetamin, yang melepaskan dopamin, bisa menghasut maniak, ada kemungkinan tingkat dopamin yang tinggi bisa menimbulkan periode periode [sumber: Davies]. Teori ini didukung oleh bukti bahwa tanda-tanda manic dan psikotik berkorelasi dengan peningkatan kadar dopamin [sumber: Frank]. Selain itu, para periset telah menemukan kegiatan serotonin rendah selama periode maniak dan depressive [sumber: Frank]. Juga, hypomania sering berkorelasi dengan peningkatan kadar norepinephrine. Dibandingkan dengan pasien yang sehat, pasien bipolar mempunyai kadar enzim yang lebih rendah yang dipakai dalam transfer GABA di otak. Diperkirakan ini berperan dalam menimbulkan gangguan ini lantaran obat antikonvulsan, yang efektif dalam memerangi gangguan bipolar, meningkatkan kadar GABA [sumber: Frank].
Semakin banyak ilmuwan mengetahui perihal penyebab kondisi tersebut, semakin banyak kemajuan yang sanggup mereka lakukan untuk menemukan perawatan yang efektif. Beruntung, banyak pasien bipolar menerima manfaat dari pengobatan yang ada. Selanjutnya, kita akan melihat obat yang paling umum dipakai untuk mengobati gangguan bipolar.
Obat untuk Bipolar Disorder
Karena penyebab bipolar sebagian besar tidak diketahui, pencarian untuk perawatan yang efektif sulit dilakukan. Meskipun beberapa obat tertentu, ibarat lithium, terbukti bermanfaat bagi banyak pasien bipolar, ilmuwan tidak tahu mengapa. Dokter telah menemukan bahwa gangguan bipolar ialah penyakit jangka panjang yang memerlukan perawatan jangka panjang yang konsisten. Ini biasanya termasuk minum obat yang diresepkan bahkan selama periode suasana hati yang sehat.
Karena pasien merespons secara berbeda terhadap banyak sekali obat yang dipakai untuk mengatasi gangguan tersebut, menyesuaikan takaran atau jenis obat sering dibutuhkan untuk menemukan pengobatan terbaik bagi individu.
Berikut ini ialah daftar obat yang paling terkenal dipakai untuk gangguan bipolar.
Lithium:
Pada 1970-an, Food & Drug Administration (FDA) menyetujui lithium untuk mengobati gangguan bipolar, dan ini masih merupakan salah satu pengobatan pertama untuk kondisi ini. Lithium ialah stabilizer mood, efektif melawan periode depresi dan manic. Setelah memulai lithium, pasien harus mengunjungi dokter untuk investigasi darah yang sering dilakukan untuk memantau kadar lithium. Setelah menemukan takaran yang sehat, pasien tidak perlu melaksanakan tes darah sesering mungkin.
Antikonvulsan:
Seperti lithium, antikonvulsan juga stabilisator suasana hati. Antikonvulsan bekerja dengan menstabilkan penggalan otak yang terlalu aktif. Mereka juga biasanya dipakai untuk mencegah kejang pada pasien epilepsi. Antikonvulsan yang berbeda bekerja dengan cara yang berbeda. Beberapa bekerja dengan meningkatkan kadar neurotransmiter GABA [sumber: Frank]. Digunakan sendiri atau dengan lithium, antikonvulsan bisa efektif untuk banyak pasien bipolar.
Antipsikotik Atipikal:
Bagi orang yang tidak merespons lithium dan antikonvulsan, dokter mungkin meresepkan antipsikotik atipikal, ibarat clozapine. Obat jenis ini, yang juga dipakai untuk mengobati skizofrenia, bekerja dengan menghipnotis kadar neurotransmiter tertentu di otak, ibarat dopamin.
Benzodiazepin (Anti-Anxiety Narkoba):
Jika pasien bipolar mengalami problem tidur, benzodiazepin sanggup membantu meningkatkan rutinitas tidur yang sehat. Ini harus dipakai dengan hati-hati, bagaimanapun, dan biasanya hanya dalam waktu singkat lantaran kemungkinan kecanduan [sumber: NIMH].
Antidepresan:
Karena sanggup memicu periode manic, antidepresan tidak diresepkan untuk mengobati gangguan bipolar ibarat biasanya [sumber: MayoClinic]. Bergantung pada jenisnya, antidepresan bekerja dengan menyesuaikan kadar serotonin atau norepinephrine di otak. Untuk mempelajari lebih lanjut perihal mereka, baca Bagaimana Antidepresan Bekerja.
Selain potensi imbas samping yang normal, berbahaya bagi ibu hamil atau menyusui untuk memakai obat penstabil mood tertentu. Lithium mustahil membahayakan janin di rahim, namun antikonvulsan tertentu sanggup menimbulkan cacat lahir [sumber: NAMI]. Mengubah obat terlalu banyak selama kehamilan sanggup menimbulkan imbas negatif juga [sumber: NAMI]. Karena kehamilan tak terduga bisa menciptakan pilihan menjadi sulit, sebaiknya diskusikan pilihannya dengan dokter.
Pengobatan bukan satu-satunya pilihan untuk melawan gangguan bipolar. Institut Kesehatan Mental Nasional beropini bahwa pengobatan terbaik meliputi kedua obat ibarat yang tercantum di atas dan pengobatan psikososial [sumber: NIMH]. Pada penggalan selanjutnya, kita akan mengeksplorasi jenis perawatan ini dan lainnya.
Para Tokoh Kreatif Yang Memikiki Bipolar Disorder
Jika Anda menderita gangguan bipolar, Anda tidak hanya sendirian saja. Banyak yang percaya ada hubungan antara kelainan dan kreativitas. Berikut ialah daftar beberapa orang kreatif terkemuka yang mempunyai (atau mungkin memiliki) gangguan bipolar:
- Ludwig van Beethoven
- Jim Carrey
- Francis Ford Coppola
- Charles Dickens
- Carrie Fisher
- Graham Greene
- Jimi Hendrix
- Michelangelo
- Sylvia Plath
- Edgar Allan Poe
- Axl Rose
- Lord Alfred Tennyson
- Vincent van Gogh
- Robin Williams
- Brian Wilson
Perawatan Lain untuk Bipolar Disorder
Berbagai terapi telah terbukti bermanfaat bagi pasien bipolar sebagai perhiasan pengobatan. Mencoba mengambil penggalan dalam salah satu dari terapi berikut ini sanggup mengurangi tingkat keparahan dan memberi pasien lebih banyak kendali atas gejala, yaitu:
Terapi Perilaku Kognitif:
Digunakan untuk banyak sekali kelainan, terapi ini bertujuan untuk mengubah persepsi dan kebiasaan pasien. Dengan mengubah bagaimana pasien bipolar memikirkan penyakit dan mendorong sikap positif, terapi sikap kognitif sanggup menciptakan perbaikan yang efektif. Terapi ini juga biasanya melibatkan berguru lebih banyak perihal gangguan bipolar, yang membantu pasien menjadi lebih percaya diri dan mempunyai pengetahuan perihal bagaimana mengobatinya.
Terapi Keluarga:
Keluarga pasien berpartisipasi dalam terapi ini dengan pasien. Dengan mengidentifikasi sumber stres dan konflik, keluarga sanggup berguru untuk lebih mengatasinya dan dengan demikian memberi pasien lingkungan yang lebih baik dan lebih memberi semangat.
Terapi Kelompok:
Terapi ini memperlihatkan kesempatan bagi beberapa orang dengan gangguan bipolar untuk berkumpul dalam kelompok yang dipimpin oleh seorang psikolog. Dalam sesi kelompok, para anggota mendiskusikan pengalaman mereka dengan penyakit tersebut dan saling memberi umpan balik satu sama lain.
Terapi Saraf Interpersonal dan Sosial:
Sesuai dengan namanya, tujuan dari terapi ini ialah untuk memperbaiki hubungan dan mendorong kebiasaan rutinitas rutin (seperti acara tidur). Kedua faktor ini mempunyai dampak besar pada suasana hati. Studi memperlihatkan bahwa terapi ini membantu mencegah kambuh gangguan bipolar yang mungkin disebabkan oleh hubungan yang tidak sehat dan kebiasaan tidak teratur [sumber: Kupfer].
Terapi Electroconvulsive (ECT):
Meskipun masih mengandung stigma, ECT ialah pengobatan yang efektif dan jauh lebih kondusif daripada sebelumnya. Dengan memakai ECT, dokter menginduksi kejang pada pasien, yang bertahan hingga satu menit [sumber: MayoClinic]. Setelah diulang pengobatan, ECT efektif melawan banyak gangguan jiwa. Ini bekerja dengan mengubah sikap zat kimia di otak. Namun, ilmuwan tidak tahu bagaimana atau mengapa ia bekerja.
Selain terapi ini, ada baiknya Anda menghindari narkoba dan alkohol, lantaran berpotensi memicunya. Seperti yang telah kita lihat, hanya berguru lebih banyak perihal kelainan itu bisa memberi kenyamanan dan harapan. Pasien bipolar harus menyadari bahwa mereka tidak sendiri dan itu ialah kondisi yang sanggup diobati. Berbagai jenis penelitian dan kemajuan teknologi yang memungkinkan penelitian yang lebih sempurna terhadap otak memperlihatkan tanda-tanda yang menjanjikan bahwa kelainan ini akan terus menjadi lebih gampang ditangani.
Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silakan baca-baca artikel lainnya.
Referensi :
$^{1}$American Psychiatric Association. "Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders: DSM-IV." American Psychiatric Pub., Inc. 1994.
$^{2}$Bloch, Jon P. "The Everything Health guide to Adult Bipolar Disorder." Adams Media. 2006.
$^{3}$Frank, Ellen. "Treating Bipolar Disorder." Guilford Press. 2007.
$^{4}$NIMH. "Bipolar Disorder." National Institute of Mental Health.
$^{4}$NIMH. "Bipolar Disorder." National Institute of Mental Health.