Nuklir Kondusif Bagi Insan Dan Lingkungan
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir dengan tujuan tenang yang semakin meluas di Bumi ini telah menempatkan nuklir sebagai teknologi tinggi sempurna guna yang pribadi sanggup dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Menjadi teknologi maju yang telah siap pakai, teknologi nuklir telah terbukti memenuhi standar mutu, antara lain:
- Aman bagi insan dan lingkungan hidup
- Menghasilkan produk unggulan
- Produktif, bermutu dan berdaya saing
- Bisa dipelajari, berkesinambungan, dan berkembang
![]() |
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) |
Meskipun beberapa pihak mencurigai keamanan penggunaan teknologi nuklir, namun teknologi yang identik dengan radiasi ini terbukti telah berkembang di aneka macam bidang kehidupan dengan kondusif dan bermanfaat bagi insan dan lingkungan hidup. Keraguan yang menjadi argumentasi ketidak-setujuan beberapa pihak dilihat dari sisi ketakutan perihal ancaman radiasi terhadap insan dan alam sekitarnya. Harus diakui memang dengan radiasi takaran tinggi dan tidak terkendali sanggup berbahaya bagi mahluk hidup, menyerupai contohnya pada ledakan bom nuklir atau kebocoran reaktor nuklir. Bom nuklir selain menjadikan gelombang panas yang sangat tinggi ketika terjadi ledakan (ini yang bekerjsama dimanfaatkan dalam pembangkit listrik), juga sanggup memperabukan dan meluluh lantahkan benda-benda di sekitarnya. Termasuk sebaran debu radioaktif yang sanggup tersebar ke mana-mana terbawa angin atau awan. Sulit untuk selamat dari kerusakan lingkungan hidup akhir nuklir yang tidak terkendali.
Berkaca dari akhir nuklir yang tidak terkendali, insan sanggup mengupayakan nuklir yang sanggup dikendalikan manusia. Pemanfaatan teknologi nuklir untuk maksud damai, untuk kemudahan dan sumber energi, paparan radiasi yang timbul sanggup terkendali dengan baik dan ketat. Faktor keselamatan tentu menjadi perhatian utama secara masif, terus menerus, yang dilakukan dengan sistem pengamanan yang terkontrol. Sebagai contoh, pemanfaatan energi nuklir yang digunakan sebagai materi bakar pembangkit listrik, biar tidak menjadikan polusi bagi lingkungan hidup dan tidak ada sebaran radiasi yang berbahaya bagi tempat sekitarnya, serta tidak meledak menyerupai bom atom, maka dibuatlah reaktor nuklir yang terkungkung dalam satu tempat dengan sistem pengamanan berlapis-lapis. Salah satu reaktor nuklir di negara maju terkungkung dalam beton setebal lebih dari 10 meter.
Begitu pula pemanfaatannya pada teknologi sempurna guna, tidak ada radiasi yang terbawa dan ikut mencemari produk hasil dari pemanfaatan teknologi nuklir tersebut. Teknologi sempurna guna nuklir cukup umur ini yang telah digunakan pada bidang pertanian, peternakan, industri, kosmetika dan makanan dalam penggunaan nuklirnya hanya pada prosesnya. Tidak ada sedikitpun partikel nuklir yang terbawa ke dalam produk. Penggunaan teknik radiasi pada $pasteurasi$ kosmetika lebih menguntungkan kedua belah pihak; produsen dan konsumen. Selain karenanya sanggup mengatasi alergi pada kulit orang yang peka / sensitif terhadap zat-zat tertentu, juga menjadikan produk lebih tahan usang jikalau dibandingkan dengan memakai materi pengawet.
Setiap proses produksi tentunya menghasilkan limbah. Begitu pula dengan pemanfaatan nuklir dalam proses produksi aneka macam produk yang tersebutkan di atas. Kemana limbah radioaktif tersebut dibuang? Persoalan limbah yang mengandung zat radioaktif muncul ketika memilih tempat pembuangan limbah tersebut. Pembuangan limbah zat radioaktif yang tidak mengindahkan faktor K3LH akan sangat merugikan bagi kesehatan pekerja atau masyarakat sekitar. Lalu, ke mana limbah zat radioaktif ini dibuang?
Limbah radioaktif yang berasal dari industri, rumah sakit, dan institusi penelitian yang memakai materi nuklir atau zat radioaktif lainnya misalnya, di Indonesia telah ada Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif di Pusat Pengembangan Teknologi Nuklir di Serpong, Tangerang. Fasilitas di dalamnya antara lain terdapat pengolah limbah radioaktif cair dan resin bekas, limbah padat terbakar, limbah padat termampatkan dan limbah acara tinggi dan sumber bekas.
Penanganannya, sampah radioaktif dari instalasi penimbun limbah dibawa ke Instalasi Pengolah Limbah Radioaktif (IPLR) dengan kendaraan khusus, tentunya. Limbah-limbah dimasukkan ke dalam drum-drum khusus. Limbah padat terbakar dan limbah cair organik direduksi volumenya dengan proses insenerasi. Limbah padat termampatkan dilakukan dengan cara kompaksi untuk mereduksi volumenya. Limbah padat tak terbakar dan tak termampatkan ditangani secara sementasi dalam $shell$ beton. Limbah cair dimasukkan dalam tangki penampung dan diolah secara evaporasi yang terkungkung dalah $shell$ beton tebal. Kemudian pengolahan limbah radioaktif cair yang korosif alasannya yaitu mengandung $fluor$ dilakukan secara kimia pada akomodasi $chemical$ $treatment$ yang dirancang bisa mengolah residu instalasi fabrikasi materi bakar nuklir dan produksi $isotop$. Sedangkan limbah semi cari menyerupai resin bekas, sehabis penampungan pribadi disementasi dan dikungkung dalam $shell$ untuk menahan radiasi.
Selengkapnya sanggup menghubungi:
Badan Tenaga Atom nasional (BATAN)
Gedung BATAN
Jalan Kuningan Barat, Mampang
Jakarta 12710
Website : www.batan.go.id
Untuk berguru Teori Soal dan Pembahasan Fisika, buka Learn Physics