Tuhan Saya Terpaksa Menentukan Dia
Tuhan saya terpaksa menentukan ia walau saya tidak mencintainya. Sebenarnya bisa saja saya menghindar! Tapi Tuhan, kaki ini menyerupai tak sanggup melangkah pergi menjauh... saya heran, apakah diriku ini terlalu bijak ataukah sudah mati rasa? Aku diantara galau dan sadar, mengapa waktu menghantarkan saya hingga pada titik ini. Sekuat-kuatnya saya tak sanggup bangkit tegak membela diriku sendiri di hadapan mereka.
"Bapak, ibu, tolong jangan biarkan hati anakmu hancur berkeping lantaran cinta. Harusnya cinta itu menyatukan dua orang yang menali di atas ranting bahagia, tinggal berumah kasih dan sayang, melahirkan benih-benih surga. Bukankah saya ada lantaran cinta? Cinta yang tulus, cinta tanpa sakit hati dan pedih rasa. Aku bersedia berlutut membasuh dan mencium kaki ibu dan bapak dengan air mata."
"Bapak, ibu... tolong beri lap kasihmu yang dulu sering kalian berikan untuk anakmu menyeka air mata sembilu dan tangis kepedihan bila ia punya masalah. Ia haya meminta pundak berpengaruh kalian untuk menyandarkan hatinya yang galau sesak!"
Apakah ia mau mengerti dan perduli wacana isi hatiku? Coba kau berhenti barang lima menit saja dan lihat mataku dalam, supaya mungkin kau bisa mencicipi betapa kecamuknya hati ini lantaran sesungguhnya saya tidak mencintaimu! kumohon jangan paksa aku. Apakah saya harus berteriak dalam jiwaku menyumpahi langit semoga bumi tempatku berpijak membawaku pergi?...
Aku, dan keluargaku bukanlah keluarga tak mampu, bukan juga keluarga yang tidak berpendidikan, gila harta dan kekayaan. Lalu apakah ini hanya sebuah ikrar antar keluarga? Atau sekedar menjaga kelestarian suatu persahabatan? Please, ini bukan zaman Siti Nurbaya.
Ada satu kata yang paling tidak ku suka 'pasrah' itu sama saja dengan 'kalah.' Keterpaksaan merenggut kebebasan hingga saya tak punya kuasa untuk menentukan pergi sejauh mungkin. Ruang gerakku terkunci. Bukan tinggal untuk bertahan tapi ada lantaran terpaksa.
Apakah mereka lupa bahwa saya sendiri punya hak untuk menentukan 'suka' atau 'tidak suka.' Namun sekarang memilihmu tanpa memberi waktu untuk hatiku menyampaikan 'TIDAK' saya tidak mau. Aku tidak suka. Tidak, saya punya pilihan sendiri, TIDAK. Mengapa saya harus memaksakan hatiku untuk menyukai dia?
Aku tidak bisa melindungi diriku bahkan tidak bisa membela hatiku sendiri...
"Hai kau yang hening tak bergeming, diam membisu, dengarkan keresahan hati ini, saya tidak mencintaimu! Meski kau taruh gelimang hartamu di atas baki bertahtakan berlian. Jangan harap saya membagi hatiku padamu. Aku akan menyumpahi diriku hingga mati jikalau ternyata saya memberi kunci untuk kau buka hatiku supaya menerimamu. Mungkin iya, kalau saya sudah amnesia."
Ini bukan kasus satu hari, satu bulan atau satu tahun, tapi kau dan saya harus jalani hari-hari selamanya. Bagaimana nantinya kita; saya dan kau menjalani hari tanpa rasa? cuek membeku.
Aku bisa bayangkan bahwa di dalam perjalanan hidup nanti jikalau kau terus memaksa bersatu, kita akan menemukan banyak sesal bukan bahagia. Kita niscaya menjumpai luka bukan suka dan tangis bukan manis. Ingat, cinta nrimo tak bisa dibeli dengan seberapa banyakpun kekayaan yang kau punya. Aku dan kau akan menciptakan lubang luka hati bersama dan terus menggenggam duri yang siap menusuk hingga menemukan takdir.
Seperti biasa saya akan menawarkan puisi kepada Anda. Puisi Aku terpaksa menentukan dia dan puisi biarkan ku memilih. Semoga Anda suka ya.
Air mata mengering sudah
Menelan jingga merah
Kutelan sembilu mengubur cinta
di tanah gersang
Tuhan,
yang ku tahu, Kau ciptakan
air mata ini tuk meringankan
penat di hati
Menguatkan jiwa yang merana
Aku galau Tuhan
Bagaimana ku harus memilih
Memilih dengan terpaksa
dalam remuk hati
Rasa kecewa yang dalam
Aku tahu, saya niscaya terluka
lantaran harus memilihnya
dan membiarkan hatiku robek
oleh cinta yang tak kuharap...
Terbayang olehku bahwa
nanti hatiku sesak bukan
dengan cinta
namun dengan belenggu luka
Aku belum berjuang
tapi langkahku tertutup
tiada daya..
Apakah saya harus mati?
Sebab hidup tanpa rasa bebas
bagaikan raga tak bernyawa
Dingin, beku..
Sebab saya tahu kapan
ku harus menjatuhkan hatiku
Aku tahu hatiku kemana
kan tertambat
Biarkan ku memilih
Sebab saya yang paling mengerti
hatiku
Walau bibir mengatup
dan manakala pengecap tak
mengeja sepatah..
Biarkan ku memilih
alasannya jikalau hatiku terluka
akulah yang bisa membasuh
meski saya harus tenggelam
dalam nyanyian cacian..
Jakarta,
Ike
Catatan
Jika kau tidak cinta seseorang, jangan paksakan hatimu untuk memilihnya. Kamu punya hak untuk menyampaikan TIDAK hingga tidak merusak seluruh harimu bersama orang yang terpaksa kau pilih. Masing-masing orang harus menciptakan pilihan setiap hari. Dalam kehidupan Anda harus memilih. Pilihan Anda hari ini ialah penentu hari depan Anda. Apakah baik atau buruk. Sukses atau gagal, senang atau hancur. Cinta pun begitu. Maka sebaiknya bertanya pada Tuhan dan hati Anda sebelum menentukan dan memutuskan.
"Bapak, ibu, tolong jangan biarkan hati anakmu hancur berkeping lantaran cinta. Harusnya cinta itu menyatukan dua orang yang menali di atas ranting bahagia, tinggal berumah kasih dan sayang, melahirkan benih-benih surga. Bukankah saya ada lantaran cinta? Cinta yang tulus, cinta tanpa sakit hati dan pedih rasa. Aku bersedia berlutut membasuh dan mencium kaki ibu dan bapak dengan air mata."
"Bapak, ibu... tolong beri lap kasihmu yang dulu sering kalian berikan untuk anakmu menyeka air mata sembilu dan tangis kepedihan bila ia punya masalah. Ia haya meminta pundak berpengaruh kalian untuk menyandarkan hatinya yang galau sesak!"
![]() |
Ekspresi murung seorang wanita. Unsplash Images |
Aku, dan keluargaku bukanlah keluarga tak mampu, bukan juga keluarga yang tidak berpendidikan, gila harta dan kekayaan. Lalu apakah ini hanya sebuah ikrar antar keluarga? Atau sekedar menjaga kelestarian suatu persahabatan? Please, ini bukan zaman Siti Nurbaya.
Memilih seseorang yang gotong royong kau tidak suka, itu paling menyiksa..
Pernahkah Anda menentukan seseorang lantaran terpaksa? Terpaksa lantaran keadaan, terpaksa lantaran tidak punya pilihan demi menyenangkan orang lain kemudian mengiyakan apa mau mereka? Atau menentukan lantaran saya harus? Dunia ini kejam, tega membiarkan banyak hati terluka tidak peduli seberapa parahkah kau menderita, sakit hati.Ada satu kata yang paling tidak ku suka 'pasrah' itu sama saja dengan 'kalah.' Keterpaksaan merenggut kebebasan hingga saya tak punya kuasa untuk menentukan pergi sejauh mungkin. Ruang gerakku terkunci. Bukan tinggal untuk bertahan tapi ada lantaran terpaksa.
Apakah mereka lupa bahwa saya sendiri punya hak untuk menentukan 'suka' atau 'tidak suka.' Namun sekarang memilihmu tanpa memberi waktu untuk hatiku menyampaikan 'TIDAK' saya tidak mau. Aku tidak suka. Tidak, saya punya pilihan sendiri, TIDAK. Mengapa saya harus memaksakan hatiku untuk menyukai dia?
Aku tidak bisa melindungi diriku bahkan tidak bisa membela hatiku sendiri...
"Hai kau yang hening tak bergeming, diam membisu, dengarkan keresahan hati ini, saya tidak mencintaimu! Meski kau taruh gelimang hartamu di atas baki bertahtakan berlian. Jangan harap saya membagi hatiku padamu. Aku akan menyumpahi diriku hingga mati jikalau ternyata saya memberi kunci untuk kau buka hatiku supaya menerimamu. Mungkin iya, kalau saya sudah amnesia."
Aku sadar niscaya kau anggap sikapku ini tak berpihak padamu, bahkan terlalu garang dan lancang berkata. Tapi lebih baik jujur kan?
Apakah kau suka nanti kau hidup dengan orang yang mencintaimu dengan setengah hati lantaran separuh hatinya lagi bersama yang lain? Kau tidak pernah mendapatkan hatinya dan kasihnya. Kau tahu, ia akan membencimu seumur hidup lantaran kau telah merenggut cintanya, mimpi-mimpinya yang telah terajut bersama kekasihnya.Ini bukan kasus satu hari, satu bulan atau satu tahun, tapi kau dan saya harus jalani hari-hari selamanya. Bagaimana nantinya kita; saya dan kau menjalani hari tanpa rasa? cuek membeku.
Aku bisa bayangkan bahwa di dalam perjalanan hidup nanti jikalau kau terus memaksa bersatu, kita akan menemukan banyak sesal bukan bahagia. Kita niscaya menjumpai luka bukan suka dan tangis bukan manis. Ingat, cinta nrimo tak bisa dibeli dengan seberapa banyakpun kekayaan yang kau punya. Aku dan kau akan menciptakan lubang luka hati bersama dan terus menggenggam duri yang siap menusuk hingga menemukan takdir.
Jika saya terpaksa harus memilihmu maka biarkan hatiku, rasaku pergi bersama cinta di senja jingga merangkul semua asa tanpa tersisa
Kau tahu apa yang membuatku menyesal dan sakit dari semua ini? Bukan memilihmu, tapi menjadi sahabatmu dan mengenal keluargamu. Sebenarnya kuncinya ada di tanganku dan kamu. Kita bisa menolak saja dengan menyampaikan sejujurnya bahwa kita tidak saling cinta... kita sudah punya pilihan hati. Catatan hati: Biarkan cinta yang memilih. Kamu, dia, mereka, bahkan saya sekalipun tak punya hak untuk mengatur kemana cinta harus berlabuh... cinta tahu kemana bersinggah, kapan berlalu dan menyerupai apa bertahan.
Seperti biasa saya akan menawarkan puisi kepada Anda. Puisi Aku terpaksa menentukan dia dan puisi biarkan ku memilih. Semoga Anda suka ya.
Aku terpaksa menentukan dia
Air mata mengering sudahMenelan jingga merah
Kutelan sembilu mengubur cinta
di tanah gersang
Tuhan,
yang ku tahu, Kau ciptakan
air mata ini tuk meringankan
penat di hati
Menguatkan jiwa yang merana
Aku galau Tuhan
Bagaimana ku harus memilih
Memilih dengan terpaksa
dalam remuk hati
Rasa kecewa yang dalam
Aku tahu, saya niscaya terluka
lantaran harus memilihnya
dan membiarkan hatiku robek
oleh cinta yang tak kuharap...
Terbayang olehku bahwa
nanti hatiku sesak bukan
dengan cinta
namun dengan belenggu luka
Aku belum berjuang
tapi langkahku tertutup
tiada daya..
Apakah saya harus mati?
Sebab hidup tanpa rasa bebas
bagaikan raga tak bernyawa
Dingin, beku..
Biarkan ku memilih
Biar saja hatiku memilihSebab saya tahu kapan
ku harus menjatuhkan hatiku
Aku tahu hatiku kemana
kan tertambat
Biarkan ku memilih
Sebab saya yang paling mengerti
hatiku
Walau bibir mengatup
dan manakala pengecap tak
mengeja sepatah..
Biarkan ku memilih
alasannya jikalau hatiku terluka
akulah yang bisa membasuh
meski saya harus tenggelam
dalam nyanyian cacian..
Jakarta,
Ike
Catatan
Jika kau tidak cinta seseorang, jangan paksakan hatimu untuk memilihnya. Kamu punya hak untuk menyampaikan TIDAK hingga tidak merusak seluruh harimu bersama orang yang terpaksa kau pilih. Masing-masing orang harus menciptakan pilihan setiap hari. Dalam kehidupan Anda harus memilih. Pilihan Anda hari ini ialah penentu hari depan Anda. Apakah baik atau buruk. Sukses atau gagal, senang atau hancur. Cinta pun begitu. Maka sebaiknya bertanya pada Tuhan dan hati Anda sebelum menentukan dan memutuskan.