Isekai Shokudou Chapter 03 Bahasa Indonesia
Chapter 3: Fried Shrimp
Matahari terbenam menggelapkan langit dan hanya menyisakan bintang-bintang dan cahaya rembulan untuk Heinrich, yang sedang berlari lurus melalui hutan belantara, yang bergantung pada staminanya yang mulai mencapai batasnya. Pada tingkat ini ia telah memakai semua kekuatannya kemudian tumbang, tidak sanggup memenuhi tugasnya, dan ia akan berakhir dalam situasi lucu di mana ia akan mati sendirian di hutan belantara. Mengesampingkan firasat itu, Heinrich terus melesat melewati hutan belantara dengan membawa pengetahuan yang ia peroleh selama masa kerjanya.
Saat ini, satu-satunya alasan kakinya masih bergerak alasannya yaitu kemauan keras yang ia mempunyai perasaan bahwa ia dihentikan pingsan di sini, sekarang. Heinrich dipercayakan dengan kiprah yang sangat penting yang harus ia penuhi tidak peduli betapa tidak mungkinnya itu. Di hutan tempat para monster tinggal, ada isu ihwal serangan skala besar mothmen. Heinrich dihentikan mati alasannya yaitu ia harus membawa isu ini ke istana kerajaan.
Kemarin, seorang duke mendapatkan laporan bahwa mothmen, monster tipe humanoid dengan empat lengan dan sayap menyerupai ngengat, terlihat terbang dari hutan yang dipenuhi monster mengerumuni tempat tersebut. Tentu saja, Heinrich dan lainnya yang ditempatkan di benteng terdekat, yang dibentuk untuk mengamati apakah ada monster yang akan keluar dari hutan, melawan para mothmen, tetapi mothmen membuatkan bubuk beracun, menari di langit, menyerang dengan cakar mereka, dan yang terpenting, jumlah luar biasa mereka. Heinrich dan batalion ksatrianya mati-matian melawan serangan, tetapi pada tingkat ini, kekalahan merupakan kesimpulan yang tak terelakkan.
Mereka perlu kembali secepat mungkin ke kadipaten untuk memberitahu mereka ihwal kekalahan mereka dan mengirim bala bantuan. Dan orang yang terpilih untuk memenuhi kiprah penting ini yaitu Heinrich, orang yang handal dalam merawat kuda-kuda.
Kemarin, untuk kembali ke kadipaten dan memberi tahu mereka, Heinrich menyisipkan pesan diam-diam yang ditandatangani dengan tanda tangan komandan divisi ke dalam saku dadanya dan keluar dari benteng melalui celah kecil yang dibentuk teman-temannya. Menurut rencana, ia seharusnya sudah sampai. Tapi sekarang, Heinrich masih berlari menembus hutan yang terhubung ke kadipaten dengan kaki.
Apa yang tak diduga Heinrich yaitu kudanya. Sebenarnya ia telah menentukan kuda yang sehat dan kuat, tetapi ketika ia keluar dari benteng, seekor mothman sepertinya telah menyerangnya dengan racunnya. Setengah perjalanan, kuda yang ia tumpangi mulai mengeluarkan busa dari mulutnya dan kemudian mati.
Tidak ada pilihan lain, Heinrich harus meninggalkan kudanya dengan membawa barang-barang sedikit mungkin, dan dengan kedua kakinya, ia kemudian berniat menuju ke kota kastil. Tapi ia mencapai batasnya juga. Kakinya yang terlalu banyak bekerja mulai tak terasa, dan tubuhnya mulai mengalami kehilangan cairan tubuh dengan semua keringat yang mengalir keluar darinya.
Dan yang paling penting... ia mulai lapar. Ketika ia meninggalkan benteng, Heinrich membawa bekal yang cukup. Tapi, sesudah seharian penuh, perutnya sudah kosong. Ia melaksanakan kesalahan meninggalkan bekalnya untuk menciptakan kudanya berlari sedikit lebih cepat.
(Aku tidak sanggup mati ... di tempat menyerupai ini!)
Jika Heinrich mati di sini, itu berarti rekan-rekannya masih bertempur di benteng, yang percaya Heinrich akan memberikan suratnya, tidak diragukan lagi akan mati. Bukan hanya itu tetapi penduduk kota dan desa di belakang garis pertahanan benteng akan mati juga. Untuk melawan kesimpulan menyerupai itu, Heinrich, ksatria muda dari Keluarga Zeelemann yang populer dan penuh kebanggaan, memaksakan dirinya untuk berlari. Jika ia terus berlari pada tingkat ini, ia sanggup hingga di sana ketika fajar.
Masalahnya fisik Heinrich sudah letih dan kelelahan sesudah dipakai untuk berlari lebih cepat.
(Dewa air dan bahari yang agung! Tolong beri saya kekuatan!)
Berusaha untuk tidak menyia-nyiakan lebih banyak energi, di dalam hatinya, ia berdoa kepada Dewa air di agamanya yang paling banyak dianut di pinggir kampung halamannya... dan Dewa tidak meninggalkan Heinrich yang malang.
"...!"
Sebuah gubuk kecil terlihat di mata Heinrich. Gubuk kecil yang bahkan kini kelihatannya sanggup runtuh mungkin yaitu gubuk pemukim.
“Aku selamat….!”
Jika ia sanggup mendapatkan masakan dan air dari sini... Berpikir sepanjang perjalanan, Heinrich mengambil keputusan. Heinrich membawa kiprah penting yang sanggup menentukan nasib kotanya. Dia harus memprioritaskan kesuksesan diatas 'segalanya'. Heinrich menggenggam pedang yang diikat di sampingnya. Pedang yang dibawanya ketika meninggalkan benteng. Pedang dwarven populer yang diwariskan oleh Keluarga Zeeleman…. Semuanya untuk kota. Mengisi dirinya dengan tekad yang dalam dan gelap Heinrich membuka pintu hitam yang dibentuk dengan baik.
Saat pintu terbuka, bunyi bel berdering terdengar, dan mata Heinrich yang terbiasa dengan cahaya bulan dan bintang-bintang tersilaukan dalam sekejap. Bagian dalam gubuk pemukim itu tak diduga bersinar terang.
"SELAMAT DATANG."
Pria paruh baya yang menyampaikan hal itu kepada Heinrich kemungkinan besar yaitu pemilik gubuk ini.
(... Dia sendirian.)
Sepertinya tidak ada kehadiran orang lain selain laki-laki itu. Merasa bersyukur atas keberuntungannya, Heinrich mulai mengeluarkan kata-kata koersif.
“Aku Heinrich Zeeleman, seorang ksatria yang melayani kadipaten! Pemilik gubuk ini dan warga kadipaten! Bawakan air dan persediaan! Jika tidak…"
"Segera datang."
Ketika ia hendak melanjutkan permintaannya yang mengancam dan menakutkan, tekadnya untuk bertarung hingga mati mulai goyah alasannya yaitu permintaannya dipenuhi dengan mudah.
“Silakan duduk di mana pun yang anda inginkan. Saya akan membawakan anda handuk dan air.”
Heinrich melihat lebih bersahabat pada laki-laki yang menyampaikan itu kepadanya. Untuk seorang yang tinggal di hutan belantara, bajunya sangat higienis dan rapi.
"Un, baiklah..."
Di depan lelaki yang hening ini, Heinrich menghilangkan hasrat membunuhnya dan mengambil tempat duduk.
“Oh ya, Tuan. Bisakah anda membaca bahasa benua timur? "
“Ya, iya. saya sanggup membacanya.”
Heinrich tampak galau pada pertanyaan itu sebelum menganggukkan kepalanya.
"Begitu. Bagus lah. Mohon tunggu sebentar. "
Saat ia menyampaikan itu, laki-laki itu pergi ke belakang ruangan ... mungkin untuk mengambil teko air yang ditaruh di area memasak.
(Tempat apa ini? Gubuk ini ...)
Sambil menunggu laki-laki itu, Heinrich melihat-lihat tempat itu lagi, dan kebingungannya semakin menjadi. Ada banyak meja dan dingklik berkualitas tinggi yang dipoles dan dilengkapi bantal lembut. Semua area di dalam ruangan ini anehnya terang meskipun malam. Berbagai botol beling kecil dan keramik berjajar di atas meja. Hal-hal yang seharusnya tidak ada di gubuk pemukim di mana mereka seharusnya hidup pas-pasan.
"Hei. Sebenarnya kau apa? kau bukan pemukim biasa, kan?”
Heinrich bertanya kepada lelaki yang membawa nampan berisi kain yang terlipat rapi, teko logam air, dan gelas berisi es dan air. Tempat ini sangat tidak sanggup dipahami olehnya. Suara Heinrich tanpa sadar menjadi kaku juga.
"Pemukim? Apa itu? Ini yaitu restoran berjulukan ‘Youshoku Nekoya.’”
Pria itu secara misterius membalas perkataan Heinrich.
"Sebuah restoran? Di tempat menyerupai ini !?”
Dia tidak sanggup menanggapinya sebagai hal lain kecuali lelucon.
Tidak ada cara untuk pelanggan lain akan tiba ke restoran ini ketika Heinrich sendiri hanya sedang melewati tempat ini, di hari ini alasannya yaitu keajaiban. Saat ia memikirkan itu, Heinrich meninggikan suaranya.
“Meskipun saya tidak tahu ‘Pintu’ menyerupai apa anda berasal, tuan, tetapi pintu ini mempunyai hal unik. Bel pintu ini mempunyai sebuah sihir yang dimasukkan didalamnya, dan ada pintu serupa yang terhubung dengan yang satu ini di sisi lain... kurang lebih begitu”
Pria itu sudah terbiasa dengan hal ini jadi ia menjelaskan kepada Heinrich ihwal 'Ruang Makan Dunia Lain.' Meskipun laki-laki itu tahu bahwa ia tidak akan dipercaya pada awalnya.
"Lelucon macam apa itu..."
Mendengarkan kata-kata yang tidak sanggup dipercaya, kebingungan Heinrich semakin menjadi. Melihat Heinrich menyerupai ini, laki-laki itu menghela napas sekali dan menyampaikan ini.
“Yah, saya tidak heran mengapa anda tidak percaya pada saya. Jika kau menyampaikan ini kepadaku, saya akan berpikir itu bualan juga. Bagaimanapun, tanpa diragukan lagi ini sebuah restoran. Untuk jaga-jaga, saya sanggup menyajikan apa pun yang ditulis di sajian ini, jadi silahkan pesan sesuatu.”
Saat ia menyampaikan itu, yang dipanggil sebagai Owner restoran ini meletakkan buku yang disebut menu.
"Sebuah menu…? Ngomong apa coeg…?"
Sambil ia menggerutu, Heinrich membuka sajian di depan Owner. Buku itu mempunyai tekstur halus yang aneh, tidak menyerupai kulit ataupun kertas. Dan juga, ada hidangan yang tidak pernah dilihat atau didengarnya tercantum di dalamnya.
"Fumu. Tulisan yang sangat bagus…”
Heinrich menduga bahwa orang yang menulis sajian ini niscaya menerima pendidikan yang sangat baik. Hurufnya yang ditulis gampang dibaca dan kosakatanya luas. Yang paling penting, ini menggambarkan hidangan yang tidak pernah didengar atau dilihat Heinrich secara akurat.
“Yah, semuanya terlihat enak. Aku harus mengisi perutku dulu dan kemudian ...!?”
Mata Heinrich menjadi terpaku pada salah satu hal di menu.
—Dibuat dengan schripe1) yang ditangkap dari bahari selatan yang kemudian dibalut tepung roti dan digoreng dengan minyak.
Ketika ia melihat kalimat itu, Heinrich melupakan situasi ketika ini dan menelan air liur di kata schripe. Schripe yaitu makhluk yang sering ditangkap di kampung halamannya di tepi pelabuhan. Ia mempunyai badan panjang yang tipis yang dilindungi oleh cangkang keras dan berisi daging yang lunak, dan ciri khasnya mempunyai capit besar. Ketika ditangkap, warnanya tampak biru tetapi sesudah dimasak bermetamorfosis merah. Kau sanggup melumurinya dengan garam kemudian dibakar atau kau sanggup memotongnya dan menggunakannya sebagai materi sup. Namun, ini sangat gampang busuk. Sulit untuk mengirimnya ke kota-kota terdekat, jadi kau hanya sanggup memakannya di kota-kota pelabuhan menyerupai kota Heinrich berasal. Sudah bertahun-tahun ia berpisah dengan kampung halamannya atau bahkan menggigit schripe semenjak ia menjadi ksatria.
(Aah, ini tidak bagus.)
Saat ia mulai mengenang schripe, pengecap Heinrich mulai menghidupkan kembali rasa yang usang hilang dari schripe di mulutnya. Schripe sangat berlemak tetapi mempunyai sensasi yang berbeda dengan makan game2) yang hidup di darat. Setiap kali kau mengunyahnya, juicy daging yang asin akan mencuat. Dia ingat ketika ia masih kecil, dan ia membawa beberapa koin tembaga yang ia dapatkan dari pengasuhnya untuk pergi membeli schripe bakar yang digarami menyerupai belum dewasa biasa lainnya.
"Tuan, sudahkah kau tetapkan pesananmu?"
“A, aah. Ini. Beri saya sesuatu yang disebut fried shrimp.”
Atas pertanyaan Owner, ia mengarahkan jarinya ke hidangan schripe. Untuk sesaat, ia ingat bahwa seharusnya tidak ada masakan yang layak apalagi schripe di tengah-tengah hutan belantara yang mencurigakan ini, tetapi pemilik restoran ini menyampaikan ia sanggup "menyajikan" apapun. Jika ia tidak bisa, maka ia yaitu penipu.
“Mengerti, fried shrimp. Apakah anda baik-baik saja dengan roti sebagai sampingan?”
"A, aah."
Pemilik mengkonfirmasi seruan Heinrich seperti itu bukan apa-apa, dan dengan anggukan, ia menuju ke kepingan belakang restoran.
“... Apakah benar-benar akan keluar? Schripe. "
Merasa curiga terhadap sikap biasa pemilik, Heinrich mengambil segelas air.
"Enak…"
Dia tanpa sadar menghela nafas. Airnya masbodoh dengan es di dalamnya. Rasa buah yang manis dan samar menciptakan tubuhnya terasa segar, dan mulai meresap ke dalam tubuhnya yang kering alasannya yaitu berlari tanpa henti.
(Kenapa ada sesuatu menyerupai es di sini seperti ini yaitu hal yang biasa?)
Sejak ia tiba ke restoran ini, banyak pertanyaan yang mengalir di kepalanya, tetapi tangannya tidak berhenti. Dia mengambil teko air yang terbuat dari logam dan menuangkan air ke gelasnya kemudian meminumnya. Dia mengulanginya hingga tiga kali lagi, membasahi tenggorokannya yang kering dan senang alasannya yaitu ia sanggup mendinginkan tubuhnya yang lelah, terbakar. Dia mengambil kantung kulitnya yang sudah usang kosong dan mengisinya hingga penuh dengan air. Heinrich kemudian mengambil nafas.
“Muu. Ini cukup nyaman.”
Dia kemudian mengelap keringatnya dengan kain yang dikeluarkan. Kain itu dirajut dengan cara yang belum pernah ia lihat sebelumnya dan berukuran menyerupai handuk tangan. Mungkin ini celupkan ke air panas dan kemudian diperas. Ketika ia mengambil benda hangat ini dan membasuh dirinya, rasanya sangat menyegarkan.
Mula-mula ia mengusap tangannya, kemudian ia mengusap kepala dan punggung lehernya. Sekitar ketika kain ketiga yang dibawa Owner menjadi sangat gelap, kotoran dan keringat di lengan dan kepala Heinrich benar-benar hilang.
"Ini dia. Terima kasih telah menunggu. Fried Shrimp anda. Silakan nikmati dengan saus tartar buatan kami.”
Setelah semua persiapan Heinrich selesai, Owner mengeluarkan masakan dan kemudian meninggalkannya di depan Heinrich.
Sayuran cincang tipis dan buah merah kecil disajikan di piring putih. Dalam mangkuk putih kecil, sesuatu yang hijau dicampur dengan sesuatu yang putih. Dan akhirnya, yang ditumpuk di atas piring yaitu schripe yang digoreng... hidangan yang disebut ‘Fried Schripe.’
“Well, selamat menikmati. Anda sanggup menambah sup dan roti dengan gratis, jadi beri tahu saya bila anda ingin lebih banyak.”
"Umu."
Mengabaikan kata-kata pemiliknya, Heinrich secara naluri menelan ludahnya.
(Ini schripe, katamu?)
Ini yaitu hidangan yang terlihat sangat berbeda dari schripe yang ia tahu. Pertama, bentuknya lurus. Normalnya, baik kau memanggang atau merebusnya, ketika schripe dimasak, biasanya akan melengkung ke dalam dirinya menyerupai bola.
Jika kau menyatenya dan kemudian memanggangnya, kau sanggup membuatnya lurus, tetapi benda yang disebut 'udang goreng' ini tidak mempunyai gejala ditusuk. Meskipun demikian, tiga potong fried shrimp direntangkan pribadi di atas piring, aroma yang gurih tercium dari mereka. Heinrich, yang amatir dalam hal memasak, tidak sanggup memahami bagaimana tepatnya hal ini sanggup terjadi.
(Penjelasannya menyampaikan bahwa ini digeprek dan digoreng tapi...)
Memang benar, ekor di fried shrimp... yaitu sesuatu yang juga dimiliki schripe sehingga tidak ada kesalahan. Semuanya selain ekor merah ditutupi oleh lapisan coklat terang. Awalnya ia mengira itu yaitu gaya kerajaan tertentu yang melarutkan tepung terigu ke dalam air untuk menciptakan lapisannya, tetapi permukaannya mempunyai tekstur renyah padanya. Bagi Heinrich yang Berasal dari keluarga ksatria di kampung halamannya dan sebagai seorang darah biru yang mewakili kotanya, yang telah merasakan hidangan yang sangat bermacam-macam dari negeri lain, ini yaitu hidangan yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.
(Ah baik. Pertama saya harus memakan dan melihat bagaimana rasanya.)
Dia mengambil pisaunya dan memotong dengan ujung yang tajam, kemudian menusuknya dengan garpu dan mengangkatnya. Sepertinya kepalanya dibuang dan cangkangnya dikupas selama persiapan. Dari sudut terpotong, di bawah pelapis, badan putih dan lembut terlihat.
(Umu. Dilihat dari penampilan, kelihatannya sangat lezat.)
Warna coklat terang di kepingan luar dan warna yang menyegarkan di kepingan dalam memperlihatkan kontras yang membangkitkan selera makan Heinrich. Memikirkan itu, Heinrich mengangkat fried shrimp ke mulutnya dan menggigitnya.
"... Ooh."
Saat ia menelannya, kata itu tanpa sadar terdengar keluar. Ini, tak diragukan lagi, schripe. Schripe ini lebih segar daripada yang ia makan dulu di kampung halamannya, dan juicy mengalir keluar dari daging yang berisi dan putih. Rasa ringan dan sederhana dari schripe bertemu dengan tekstur gurih dari adonan yang terbuat dari tepung berkualitas tinggi dan dimasak dalam minyak yang tak tertinggal, dan keduanya menjadi kenikmatan yang murni.
Adonannya hancur di dalam mulutnya ketika ia menenggelamkan giginya ke dalam schripe, tekstur tubuhnya mendorong kembali, memberinya tekstur yang kuat. Ini tidak mempunyai amis basi menyerupai schripe lama, tetapi malah dipenuhi dengan kelezatan yang cocok dengan makhluk yang hidup di lautan. Saat ia terus menguyahnya, juicy segar dan berminyak akan mengalir keluar darinya, dan bersama dengan adonan yang ringan, mereka jatuh ke perutnya.
Heinrich, yang terpikat dengan tekstur dan rasa ringan dari adonan dan schripe segar, memakan satu potong fried shrimp dalam sekejap mata.
"Umu ... mu?"
Dia bahkan mengunyah ekornya yang mempunyai rasa gurih hingga hancur berkeping-keping. Ketika ia hendak menusuk potongan fried shrimp kedua, Heinrich tiba-tiba teringat kata-kata pemiliknya.
(Bukankah ia menyampaikan untuk memakannya dengan sesuatu yang disebut saus tartar?)
Dia melihat ke sebuah piring. Atau lebih tepatnya, ia melihat ke mangkuk kecil yang ditaruh di atas piring. Di dalamnya ada benda hijau emerald bercampur menjadi dengan sesuatu yang putih. Tidak salah lagi ini yaitu apa yang disebut Owner 'saus tartar'. Tetapi bila kau menaruhnya di atas fried shrimp yang sudah lezat, apakah akan lebih lezat?
Heinrich yang bimbang, memotong ujung fried shrimp dan melumurinya dengan saus putih. Tubuh schripe putih sedikit terlumuri saus putih dengan sedikit warna hijau.
(Kelihatannya enak tapi ...)
Masalahnya yaitu rasanya. Masih dalam keraguan, Heinrich membawanya ke mulutnya — dan tak sanggup berkata-kata.
(Apa apaan ini!?)
Ini yaitu rasa yang tidak diketahui Heinrich. Ini yaitu saus yang tidak dikenal yang mempunyai rasa sangat ringan tetapi dengan sedikit rasa asam. Dia merasa Di dalam saus putih itu ada adonan sayuran acar, telur rebus, dan sejumlah kecil rempah-rempah yang kuat, dan bersama dengan fried shrimp yang rasanya sederhana, mereka menjadi rasa yang luar biasa.
Kelezatan schripe yang terbungkus dalam adonan ditarik oleh rasa asam dari saus tartar, dan pada ketika yang sama, rasa telur dan aroma dari sejumlah kecil remaph ditambahkan ke schripe, yang merubahnya menjadi rasa yang rumit.
(Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa ...)
Heinrich kemudian mulai merasa menyesal dengan fried shrimp yang ia makan beberapa ketika yang lalu. Rasanya memang enak, tapi tidak sanggup bersaing dengan kombinasi saus tartar.
Saat ia memikirkan itu, perutnya mulai menciptakan bunyi yang memalukan. Itu yaitu pengalaman yang mengerikan. Perutnya seharusnya sedikit lebih penuh ketika ia makan, tapi ia benar-benar mulai lapar.
“Maaf, Owner! Tolong Satu porsi lagi!”
Tanpa berpikir panjang, Heinrich menambah satu pesanan lagi.
“Siap datang! Tuan, sepertinya anda sangat menyukai fried shrimp.”
Melihat betapa bahagianya Heinrich, Owner tertawa riang dan instingnya sebagai seorang paruh-baya menyampaikan kepadanya bahwa satu porsi lagi tidak akan cukup, jadi ia menggoreng udang lebih banyak lagi.
Setelah itu, Heinrich menelan tiga piring fried shrimp dengan banyak saus tartar. Udang yang gres digoreng dan rasa asam saus tartar membentuk kombinasi yang luar biasa. Dengan hidangan pendamping yang berkualitas tinggi, roti putih lembut dan sup yang sangat seimbang dengan kelezatan daging dan rasa sayuran dan diisi hingga penuh dengan oranie. Semuanya menghilang ke perutnya. Kadang-kadang untuk menyegarkan cita rasanya, ia mengambil irisan tipis dari sayuran segar yang disajikan dengan fried shrimp dengan tangannya dan menikmati sensasinya ketika ia menggigitnya. Sayuran-sayuran ini tidak mempunyai rasa pahit atau amis basi yang dimiliki sayuran lain, tetapi sebaliknya mereka mempunyai rasa manis yang anehnya cocok dengan saus tartar. Hanya dengan menutupinya dengan saus tartar, ia mempunyai delusi kalau ia sanggup memakannya tanpa henti.
Roti, sup, sayuran, dan karenanya fried shrimp dan saus tartar. Tidak ada satu pun dari mereka yang tak enak, dan pada kenyataannya, mereka menciptakan kombinasi yang bagus. Saat ia sedang makan, Heinrich melupakan semua ihwal krisis kadipaten dan terikat dengan hidangan ini.
"Oh Dewa yang memerintah atas air dan lautan, saya berterima kasih kepadamu telah membiarkan saya menikmati masakan yang luar biasa."
Setelah selesai berdoa, waktu makan Heinrich selesai. Ingin tahu ihwal bagaimana hidangan dimasak, Heinrich bangun dari tempat duduknya ... dan wajahnya bermetamorfosis biru.
(... Mati aku! Aku tidak punya uang!?)
Itu benar. Saat ini ia sedang di tengah-tengah pekerjaannya sebagai pembawa pesan, dan ia meninggalkan dompetnya di benteng belakang.
(Ini masalah...)
Dengan masakan sebaik ini mungkin harganya sekitar seratus koin perak. Bahkan bila ia diminta untuk membayar satu koin emas, ia akan membayar tanpa mengeluh, bila ia mempunyai dompetnya. Tetapi ia tidak sanggup membayar apa yang tidak ia miliki. Saat ini, tanpa dompetnya, Heinrich miskin.
(Tapi saya tidak perlu membayar ... Itu benar!)
Ketika ia pertama kali menemukan tempat ini, ia lupa ia sedang dalam 'pengiriman'. Heinrich gres saja ingat itu.
"Owner! Aku ingin melunasi tagihannya, tapi sebelumnya saya punya satu permintaan.”
"Oke, apa itu?"
Memanggil owner, Heinrich menyampaikan itu.
“Maafkan aku, tapi saya tidak punya uang! Sebagai gantinya, saya akan menyerahkan ini kepadamu! Lain kali, saya niscaya akan membayarmu! Sampai ketika itu, tolong pegang ini! "
Saat ia menyampaikan itu, Heinrich memperlihatkan pedang dwarven populer yang diturunkan melalui keluarganya kepada Owner.
“Heh!? Tidak, Anda sanggup meletakkannya di buku hutang Anda ...”
"Tidak! Ini yaitu tanda dari itikad baikku! Jangan khawatir! saya niscaya akan tiba ke sini lagi! Saat ini saya harus melakukannya alasannya yaitu situasi yang genting. Sampai ketika itu, saya berharap sanggup memakan ‘fried shrimp’mu sekali lagi!”
Saat ia memberitahu owner yang matanya terbelalak alasannya yaitu kejadian tak terduga, Heinrich berlari menuju pintu keluar.
"Ah!? Tuan! Jika Anda ingin tiba lagi, maka pada hari ketujuh…”
"Mohon maaf! Aku harus bergegas! Nasib kadipaten bergantung padaku! ”
Ketika kata-kata owner mengenai punggungnya, Heinrich berlari keluar dari restoran.
Kaki Heinrich ringan. Setelah beristirahat di restoran dan makan banyak fried shrimp, tidak ada tanda kelelahan sama sekali pada dirinya.
Kemudian, Heinrich berhasil mencapai kastil sesaat sebelum fajar dan memberi tahu kadipatenya ihwal krisisnya.
Mengetahui seberapa gawat situasinya, tentara kerajan berangkat dan menang tipis menghadapi krisis. Dan Heinrich, orang yang melaksanakan kinerja terbaik, mendapatkan kompensasi dan kehormatan. Menerimanya, Heinrich tidak sanggup berkata apa-apa.
"Mustahil!? Restorannya hilang !?”
'Sepuluh hari' sesudah krisis selesai, Heinrich, yang kembali ke tempat yang ia kunjungi, matanya terbelalak alasannya yaitu terkejut. Hari itu, dipastikan ia mengunjungi restoran itu tapi kini tidak ada bentuk atau bayangannya. Di tempat itu memang ada pondok kecil, pondok kecil yang telah ditinggalkan di masa kemudian tanpa kehadiran insan sama sekali. Tapi pintu hitam yang ia lihat hari itu tidak ada di sana.
"Lalu apa yang saya lihat hari itu?"
Ada terlalu banyak pertanyaan melalui kepala Heinrich. Itu bukan mimpi. Itu sangat ia yakini. Itu alasannya yaitu pedang kerdil yang dilepaskan Heinrich masih hilang dari sisinya.
——Itu yaitu kejadian dari tiga tahun lalu
Sudah tiga tahun sesudah hari yang aneh itu.
“Komandan Perwira Heinrich. Ada tamu yang menunggumu.”
Setelah memberi tahu kadipanti ihwal krisis dan membantu kadipaten menghindarinya, Heinrich, yang kini bertanggung jawab atas brigade pertama dari tatanan ksatria, diberitahu oleh bawahannya ihwal seorang tamu.
“Seorang tamu? Siapa dia?"
Pada kata-kata itu, Heinrich, yang dipenuhi dengan aura seorang komandan perwira, memiringkan kepalanya. Tempat ini yaitu benteng terpencil, bukan kota yang makmur. Dia tidak tahu siapa yang akan mampir tanpa mengirim sepatah kata pun.
"Iya nih. Sebenarnya ia sendiri, dan ia memanggil namamu... dan ia menyebut dirinya Tatsugorou.”
bawahannya memberitahunya ihwal nama tamunya.
"Apa katamu!? Tatsugorou!? dalam bentuk tubuh!?”
Heinrich mengangkat suaranya alasannya yaitu terkejut mendengar nama itu. Dia yaitu seorang pahlawan pedang asing yang berasal dari benua barat dan populer alasannya yaitu prestasi militernya di benua timur. Bahkan bila kau bukan seorang tentara bayaran, siapa pun yang pernah memegang pedang dalam hidup mereka akan terguncang alasannya yaitu mendengar namanya.
"Ya, meskipun kami tidak mengecek apakah ia asli, ia terlihat persis menyerupai bagaimana ia digambarkan dalam lagu bards..."
Bawahannya menceritakan kebenaran dari situasi yang membingungkan. Memakai pedang samurai melengkung di sampingnya, haori yang dibentuk oleh elf dan terbuat dari perak ajaib, ia yaitu seorang lelaki bau tanah dengan badan besar. Dia memenuhi semua persyaratan, dan yang paling penting, ia tiba jauh-jauh ke benteng yang jaraknya jauh ke kota manapun. seseorang yang terbiasa dalam pertempuran sanggup membersihkan jalan dari monster yang berkeliaran.
"Aku mengerti. Bawa ia masuk dan beramah tamahlah.”
Setelah mendengar informasi tersebut, Heinrich tetapkan untuk menemuinya dan memerintahkan bawahannya. Dan akhirnya, mereka bertemu.
"Senang bertemu denganmu. Aku yang disebut Tatsugorou. Aku dalam perawatanmu, Sir Zeeleman.”
Seorang lelaki bau tanah yang sesuai dengan deskripsi itu dengan hormat menundukkan kepalanya. Dengan penampilan orang asing dan dengan pedang samurai yang dikabarkan di sisinya, ia yaitu seorang lelaki bau tanah yang besar. Melihat penampilan, tubuh, dan hawa menyerupai singa yang menyiratkan ia berada pada tingkat yang jauh berbeda darinya, naluri Heinrich yang memberitahunya. Tanpa diragukan lagi, laki-laki ini sungguhan.
"Tidak tidak. Kehormatan itu milikku, Tuan Tatsugorou! Saya seorang ksatria dari kadipaten, Heinrich Zeeleman. Kekuatan militer Tatsugorou-sama sangat dikenal!”
Sapa Heinrich pada Tatsugorou memperlihatkan rasa hormat yang tinggi yang ia sanggup sebagai seorang militer. Tidak terikat oleh seorang master, seorang petualang yang akan membunuh monster yang tak terhitung jumlahnya hanya dibayar sejumlah kecil uang, monster yang tidak sanggup dikalahkan oleh badan manusia, ia yaitu jago pedang yang juga disebut tuhan ganas. Ketika Heinrich masih kecil dan berlatih untuk menjadi seorang ksatria, ia sering mendengar kisah legendaris Tatsugorou berkali-kali. Tatsugoro yaitu pandangan gres bagi Heinrich.
"Tapi urusan apa yang kau miliki di sini di benteng antah berantah ini?"
Heinrich terbatuk satu kali dan menanyakan pertanyaan itu. Memiliki pejungan seorang laki-laki militer legendaris yaitu kehormatan besar, tetapi alasannya mengapa masih belum diketahui. Mendengar pertanyaan itu, Tatsugorou menganggukkan kepalanya dan menyampaikan ini.
"... Sebenarnya, saya diminta oleh seorang kenalan untuk mengirimkan barang yang hilang kepada seseorang."
Mengatakan itu, Tatsugorou mengambil satu pedang dari belakang pedang di pinggulnya.
"Ini adalah!?"
Mengambil pedang, Heinrich membuka matanya alasannya yaitu terkejut.
"Tapi bagaimana, di mana kau mendapatkan ini!?"
Itu yaitu pedang dwarven yang populer yang ia tinggalkan di restoran itu. Sebagai putra pertama yang seharusnya memegangnya, mustahil Heinrich akan salah melihatnya.
Bertanya-tanya bagaimana Tatsugorou memegang pedang yang 'hilang' tiga tahun lalu, Heinrich tanpa sadar menanyakan itu padanya.
“Seperti yang saya katakan, saya diminta oleh seorang kenalan. Dia menyampaikan bahwa tidak ada gejala anda akan kembali untuk mengambilnya dan tidak mempunyai ini menjadi duduk masalah bagimu.”
Tatsugorou tertawa kecil dan membalas Heinrich, yang Owner gambarkan sebagai 'orang yang sangat penting yang tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang.'
“Seorang kenalan? ... Jangan-jangan, mungkin dia!?”
Saat ia memikirkan arti kata-kata itu, sesudah menciptakan hubungan, Heinrich mendekati Tatsugorou.
"Ya, itu mungkin menyerupai yang kau pikirkan ... Sekarang saya memikirkan ihwal itu, tidak ada 'pintu' didekat dengan benteng ini ..."
Setelah mendorong Heinrich, Tatsugorou tersenyum dan tertawa ketika mengingat beberapa informasi yang ia sanggup selama perjalanan panjang.
“Bagaimana? Pada Hari Sabtu besok, ingin makan fried shrimp?”
Fried shrimp. Pada ketika kata-kata itu keluar, Heinrich bengong dan kemudian berteriak dengan bunyi keras.
"Aku sanggup makan fried shrimp!?"
Heinrich mengingat rasa yang ia rasakan tiga tahun kemudian ... dan menelan ludahnya.
"Iya nih. Satu kali setiap tujuh hari pada Hari Sabtu.”
Tatsugorou menjawabnya terbahak.
Dan itu yaitu hari dimana pelanggan tetap bertambah ke Ruang Makan Dunia Lain.
TLNotes:
1) Schripe as you probably guessed is shrimp (udang).
2) Game : Menurut ilmu gastronomy artinya daging hewan liar atau burung
Chapter 03 selesai-
Download PDF Isekai Shokudou chapter 03 di halaman utama
Sumber https://isekaipantsu.blogspot.com/